Media Asuransi, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini akan melampaui 5,1 persen, bahkan berpotensi lebih tinggi lagi. Kondisi itu karena ada beberapa faktor yang menopang laju perekonomian Tanah Air.
Perry menilai ekonomi Indonesia akan terus membaik setelah mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,12 persen pada kuartal II/2025. Dirinya menjelaskan ada tiga faktor utama yang menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
|Baca juga: Kadin: Penggunaan Kecerdasan Buatan Bakal Efektif Jika Ditopang GRC
|Baca juga: BPK Harap Penerapan GRC Buat Pendapatan Per Kapita Indonesia Tembus US$8.000 di 2029
“Satu, kinerja ekspor yang masih akan terus membaik ke berbagai negara. Khususnya ekspor pertambangan, ekspor perkebunan kelapa sawit, maupun ekspor-ekspor lain yang berkaitan dengan produk-produk pertanian maupun perikanan,” sebut Perry, dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan BI, Rabu, 20 Agustus 2025.
Kedua, belanja pemerintah yang ekspansif. Hal ini dinilai akan mendorong pertumbuhan ekonomi khususnya dalam permintaan domestik. Ketiga, peningkatan investasi, khususnya sektor yang berorientasi ekspor, transportasi pergudangan, serta alat di sektor pertanian dan investasi di sejumlah proyek strategis.
Selain itu, ia menambahkan, ekonomi Indonesia akan tumbuh lebih tinggi lagi karena adanya kebijakan penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia, ekspansi likuiditas, dan juga optimalisasi makroprudensial dan digitalisasi.
“Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi keseluruhan 2025 akan berada di atas titik tengah 4,6 sampai 5,4 persen. Berarti di sekitar 5,1 persen, bahkan kemungkinan akan bisa lebih tinggi,” terang Perry.
|Baca juga: AllianzGI Tunjuk Aliyahdin Saugi Jadi Presiden Direktur di Indonesia
|Baca juga: Bukan Hanya Industri Keuangan, Sektor Riil Juga Wajib Memperkuat GRC
Lebih jauh, Bank Indonesia juga menempuh serangkaian kebijakan untuk memperkuat momentum pertumbuhan antara lain kebijakan penurunan suku bunga, ekspansi likuiditas, insentif makroprudensial, digitalisasi, pendalaman pasar keuangan.
“Semuanya itu diarahkan untuk bersama pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi,” tutup Perry.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News