Media Asuransi, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan bank sentral terus melakukan sinergi dengan pemerintah dalam rangka mendukung program yang digulirkan Presiden Republik Indonesia (RI) Prabowo Subianto. Sinergi itu diharapkan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi di masa mendatang.
“Kami di Bank Indonesia sebagai bagian dari NKRI, terus menjalin sinergi yang sangat kuat dengan pemerintah untuk mendukung program-program Bapak Presiden dalam Asta Cita,” kata Perry, dikutip dari pernyataannya saat Rapat Kerja Penyampaian Pokok-Pokok RUU APBN, di DPR RI, dikutip Jumat, 22 Agustus 2025.
|Baca juga: Pemerintah Dinilai Serius Atasi Persoalan Backlog Perumahan di Indonesia, Apa Buktinya?
|Baca juga: BBTN, PANI, KRAS, dan WINS Wajib Dipantau saat IHSG Diramal Bertenaga
Perry membeberkan hal itu dilakukan melalui lima aspek yakni pertama suku bunga BI Rate sudah diturunkan lima kali sejak September 2024 sebesar 125 bps sehingga sekarang menjadi lima persen dan terendah sejak 2022. BI terus mencermati ruang penurunan BI Rate untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
“Dan terus berkoordinasi dengan pemerintah guna menurunkan imbal hasil SBN. Saat ini imbal hasil SBN untuk 10 tahun telah turun menjadi 6,4 persen, dan tentu saja ke depan diharapkan akan turun,” kata Perry.
Kedua, BI terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah gejolak global dengan terus melakukan intervensi, baik di offshore market Non Delivery Forward (NDF) maupun melalui Domestik NDF dan spot.
“Alhamdulillah puji Tuhan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang pada 2 April 2025 sebesar Rp17.300, sekarang sudah menguat menjadi Rp16.250,” kata Perry.
|Baca juga: Bank Jakarta Komitmen Dorong Transaksi Nontunai di Pasar Tradisional
|Baca juga: Sektor Perumahan Berpotensi Jadi Mesin untuk Capai Pertumbuhan Ekonomi 8%
Ketiga, BI telah membeli SBN dengan jumlah Rp186 triliun, belum termasuk untuk debt switching. “InsyaAllah, kami akan terus lakukan koordinasi bersama Bu Menkeu,” ungkap Perry.
Keempat, BI juga memberikan insentif likuiditas kepada bank-bank dalam menyalurkan kredit ke sektor-sektor prioritas pendukung Asta Cita, yang sekarang sudah mencapai Rp384 triliun. Kelima, setelah Malaysia, Singapura, dan Thailand, digitalisasi QRIS juga akan dipakai di Jepang.
Selain itu, tambah Perry, BI juga akan melanjutkan implementasi digitalisasi QRIS dengan China dan Arab Saudi dengan mengedepankan local currency transaction. Sampai saat ini penggunaan local currency transaction dengan Jepang adalah setara US$4 miliar hingga US$5 miliar dan China setara US$6 miliar sampai dengan US$7 miliar.
|Baca juga: Bos BI Pede Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,1% di 2025
|Baca juga: BI Tegaskan Industri Perbankan Indonesia Tangguh dan Sehat
|Baca juga: BCA (BBCA) Blak-blakan soal Isu Akuisisi 51% Saham oleh Pemerintah, Ini Faktanya!
“Itu adalah beberapa pokok bagaimana kami sebagai bagian NKRI terus mendukung program Asta Cita pemerintah dan berkoordinasi erat dengan Bu Menkeu, Pak Kepala Bappenas, serta menteri-menteri yang lain,” pungkasnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News