Media Asuransi, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan pentingnya penguatan tata kelola, manajemen risiko, dan kepatuhan atau Governance, Risk, and Compliance (GRC) dalam menghadapi dinamika global dan tantangan domestik yang saat ini semakin kompleks.
Berdasarkan Global Risk Report 2025 terbitan World Economic Forum (WEF), Ketua Dewan Audit Merangkap Anggota Dewan Komisioner OJK Sophia Wattimena menyampaikan, risiko global seperti disinformasi, cyber insecurity, extreme weather, dan ketidakpastian geopolitik sangat memberikan tekanan besar terhadap perekonomian, termasuk keuangan Indonesia.
|Baca juga: Lippo General Insurance (LPGI) Cetak Laba Rp105,70 Miliar di Semester I/2025
“Lebih dari itu, transformasi digital yang semakin cepat membuka peluang besar untuk inovasi, tetapi juga membawa risiko baru, termasuk dalam hal keamanan siber,” ujar Sophia, dalam Risk and Governance Summit 2025, bertajuk ‘Empowering the GRC Ecosystem to Drive Economic Growth and National Resilience‘, Selasa, 19 Agustus 2025.
Dalam survei WEF, Sophia mengungkapkan, terdapat lima indikasi risiko utama di Indonesia yakni dampak negatif teknologi kecerdasan buatan (AI), perlambatan ekonomi, kemiskinan dan ketimpangan, cuaca ekstrem, serta krisis pangan.
“Menghadapi kompleksitas ini, penguatan ekosistem GRC bukan sekadar kewajiban administratif, namun sesuatu yang memang dibutuhkan,” tegas Sophia.
Ia menambahkan Indonesia menghadapi tantangan tersendiri dalam aspek governance. Indeks Persepsi Korupsi Indonesia pada 2024 masih berada di angka 37, menempatkan Indonesia di peringkat 99 dari 180 negara. Hal ini berkorelasi dengan Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia yang berada di 6,3 menunjukkan perlunya optimalisasi efisiensi investasi.
|Baca juga: Sri Mulyani Siapkan Rp599,44 Triliun untuk Bayar Bunga Utang 2026
|Baca juga: Prediksi IHSG dan 5 Saham Berpeluang Tancap Gas Hari Ini
Lebih lanjut, Be Ready Index 2024 juga mencatatkan Indonesia masih berada di bawah rata-rata global. Indikator ini menunjukkan iklim usaha di Indonesia masih menghadapi berbagai hambatan struktural, termasuk dalam menghadapi kesenjangan efisiensi layanan publik, akses ke layanan keuangan, dan regulasi bisnis yang saat ini masih menjadi fokus perbaikan.
“Mempertimbangkan risiko global dan kondisi yang kita hadapi saat ini, OJK berkontribusi untuk meningkatkan kesadaran atas pentingnya governance untuk mengawal pembangunan dan secara konsisten yakni dengan Risk and Governance Summit (RGS) 2025,” tutup Sophia.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News