Media Asuransi, JAKARTA – Ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China kembali menjadi perhatian pemerintah. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan langkah agresif AS dalam menerapkan tarif impor memicu ketidakpastian yang berdampak luas pada perekonomian dunia.
“Ketidakpastian perekonomian global meningkat yang didorong oleh kebijakan tarif impor Pemerintah Amerika Serikat,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) II Tahun 2025 yang digelar secara virtual, Kamis, 24 April 2025.
Sri Mulyani menyoroti kebijakan Presiden AS Donald Trump yang dinilainya justru bisa menjadi bumerang bagi pertumbuhan ekonomi Amerika. Tak hanya itu, kebijakan ini juga menyeret China ke dalam eskalasi konflik perdagangan. Negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu membalas dengan tarif balasan, hingga akhirnya dikenai tarif sebesar 245 persen oleh pihak AS.
Situasi ini memicu respons cepat dari Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang segera mengonsolidasikan strategi mitigasi menghadapi ketidakpastian global. “Dan (perang tarif berdampak kepada) perekonomian secara global dengan memicu peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global (serta) ketidakpastian di dalam tata kelola perdagangan dan investasi antarnegara,” kata Sri Mulyani.
“Rapat menyepakati untuk terus meningkatkan kewaspadaan serta memperkuat koordinasi dan kebijakan dari lembaga-lembaga anggota KSSK di dalam upaya untuk memitigasi potensi dampak rambatan faktor risiko global, sekaligus meningkatkan upaya untuk memperkuat perekonomian dan sektor keuangan dalam negeri,” tambahnya.
Di tengah tekanan eksternal tersebut, Sri Mulyani melihat titik terang di dalam negeri, khususnya dari sektor properti swasta yang menunjukkan tren peningkatan di kuartal I 2025. Ia menilai hal ini bisa menjadi pendorong bagi pertumbuhan investasi.
“Terlihat pada aktivitas manufaktur Indonesia yang masih pada zona ekspansif. Investasi khususnya non-bangunan tetap menopang pertumbuhan ekonomi yang tercermin dari meningkatnya impor barang modal, terutama alat-alat berat,” bebernya.
Menurutnya, keyakinan pelaku usaha masih menjadi modal kuat dalam menjaga arus investasi di tengah dinamika global yang penuh tantangan.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News