Media Asuransi, JAKARTA – Pemerintah Indonesia terus memperkuat langkah diplomasi perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) di tengah tensi global yang meningkat. Menteri Keuangan (Menkeu) RI Sri Mulyani Indrawati melaporkan negosiasi tarif resiprokal antara kedua negara masih terus berjalan secara aktif.
Sri Mulyani menyampaikan tim dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sedang melanjutkan diskusi teknis dengan Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR). Kesepakatan dengan USTR telah dicapai untuk segera membahas isu tarif secara lebih intensif dalam jangka waktu dua bulan ke depan.
Tak hanya fokus pada aspek formal, Indonesia juga menjalin komunikasi erat dengan komunitas bisnis AS, seperti The United States-Indonesia Society (USINDO) dan Kamar Dagang AS (US Chamber of Commerce), yang berisi perusahaan-perusahaan investor di Indonesia.
“Mereka terus berupaya untuk memberikan timbal balik dan saran mengenai berbagai posisi Indonesia terhadap respons tarif resiprokal yang diterapkan Pemerintah AS,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) II Tahun 2025 yang digelar secara virtual, Kamis, 24 April 2025.
Langkah strategis juga dilakukan dengan agenda diplomasi lebih lanjut. Menkeu Sri Mulyani dijadwalkan bertemu US Treasury Secretary Scott Bessent pada Jumat, 25 April 2025. Selain itu, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral dari negara ASEAN akan menggelar pertemuan bersama Managing Director IMF guna membahas efek dari kebijakan tarif AS terhadap kawasan.
Sri Mulyani menyoroti dinamika situasi di AS yang masih sangat cair, dengan arah kebijakan yang belum jelas dan tensi yang terus meningkat akibat interaksi retaliasi antara AS dan China. Di tengah ketidakpastian itu, Indonesia mengambil posisi proaktif.
Negosiasi dijalankan dengan pendekatan aktif, sambil menunjukkan komitmen pemerintah melalui kebijakan domestik yang konkret. Langkah ini dibarengi dengan pemantauan cermat terhadap perkembangan di AS serta reaksi negara-negara lain yang juga terlibat dalam dinamika tarif.
“Ini semua nanti akan dirumuskan pada saat kita kembali dari perjalanan ini, terutama mengikuti perkembangan penundaan selama 90 hari yang memberikan waktu untuk terus saling berkomunikasi demi hasil yang baik,” kata Sri Mulyani.
Menurut Sri Mulyani, Pemerintah AS menegaskan bahwa mereka tidak bertujuan menciptakan krisis, melainkan ingin mendorong terbentuknya sistem perdagangan yang lebih adil. Oleh karena itu, arah pembicaraan kini bergeser ke reformasi perdagangan global, termasuk mengenai peran World Trade Organization (WTO).
Indonesia pun hadir dengan modal kuat dalam negosiasi ini. Kekuatan ekonomi domestik, agenda reformasi struktural, peningkatan produktivitas, serta ketahanan pangan menjadikan posisi Indonesia tetap solid dalam menghadapi tekanan eksternal.
“Ini semua membantu resiliensi perekonomian Indonesia, sehingga kita juga mampu untuk tetap menjaga posisi tawar Indonesia. Jadi, negosiasi memang untuk saling memberi dan menawarkan, kemudian saling kompromi. Tujuannya untuk win-win solution, dan itu yang disuarakan semua pihak sampai tadi malam,” pungkas Sri Mulyani.