Media Asuransi, JAKARTA – Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu membongkar strategi Indonesia di balik kesepakatan tarif resiprokal Indonesia-Amerika Serikat (AS) yang sempat menjadi perdebatan publik.
Dirinya mengaku tarif 19 persen yang diterima Indonesia justru menjadi keunggulan kompetitif untuk menarik investasi manufaktur besar-besaran dari negara Asia. “Strategic manufacturing dalam pola investasi itu ada beberapa negara yang memang memakai negara kita ini sebagai intermediary country,” ungkap Todo, dalam keterangan tertulis, Rabu, 23 Juli 2025.
|Baca juga: Firdaus Djaelani Mengundurkan Diri sebagai Komisaris Asuransi MAG (AMAG)
|Baca juga: Laba Nasional Re Melonjak 450,05% per Juni 2025
Todo menjelaskan tarif 19 persen yang diterima Indonesia sebenarnya jauh lebih kompetitif dibandingkan dengan negara-negara tetangga. China yang selama ini menjadi basis manufaktur dunia, misalnya, kini dikenakan tarif hingga 55 persen untuk ekspor ke Amerika Serikat.
Sementara negara-negara ASEAN lainnya mendapat tarif yang lebih tinggi seperti Vietnam dan Filipina yang dikenakan tarif 20 persen, begitu juga dengan Malaysia dan Thailand yang mendapat tarif serupa.
“Misalnya kalau China dia langsung kirim ke Amerika, dari dia punya manufaktur yang ada di China, langsung kirim ke Amerika itu kenanya 55 persen. Maka akan ada potensi dan sudah ada beberapa yang terjadi. Dia memindahkan manufakturnya ke Indonesia,” jelasnya.
Dirinya melanjutkan strategi intermediary country ini bukan sekadar wacana. Sudah ada pergerakan nyata dari perusahaan-perusahaan besar yang berencana memindahkan manufakturnya ke Indonesia.
Tercatat sekitar tiga sampai empat vendor yang memiliki keinginan serius untuk pindah setelah melihat kesuksesan pabrik Airtag Apple yang akan melakukan peluncuran bulan depan. Perusahaan-perusahaan ini pun menyadari Indonesia bisa memberikan insentif dan kemudahan-kemudahan yang menarik bagi investor.
|Baca juga: Gubernur Bank Sentral EMEAP Sepakat Perkuat Stabilitas dan Ketahanan Kawasan
|Baca juga: Menunjang Gaya Hidup Lewat Bank Digital
Ia menekankan perpindahan manufaktur ini akan memberikan dampak ekonomi yang signifikan. Meskipun raw material kemungkinan masih didatangkan dari negara asal, Indonesia tetap mendapat keuntungan besar dari segi penerimaan PPh, penyerapan tenaga kerja lokal, pergerakan penjualan material konstruksi, serta biaya operasional seperti listrik dan air.
Hal ini akan memperkuat ekosistem ekonomi Indonesia dan memberikan dampak positif terhadap perekonomian secara keseluruhan. Strategi intermediary country ini menunjukkan apa yang awalnya terlihat sebagai kekalahan dalam negosiasi tarif justru menjadi kemenangan strategis yang akan menguntungkan Indonesia dalam jangka panjang.
“Dengan persiapan infrastruktur dan regulasi yang tepat, Indonesia bersiap menjadi destinasi utama investasi manufaktur di Asia Tenggara, memanfaatkan momentum perang dagang global untuk kepentingan ekonomi nasional,” tutup Todo.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News