1
1

Peran Strategis Asuransi dalam Proyek Efisiensi Energi di Indonesia

Penggiat Manajemen Risiko dan Asuransi/Direktur Eksekutif AAUI Cipto Hartono. | Foto: Cipto Hartono

Oleh: Cipto Hartono

 

Di tengah semangat transisi energi dan pembangunan rendah karbon, proyek efisiensi energi menghadirkan peluang besar terutama bagi sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di negara berkembang. Namun, kenyataannya banyak proyek semacam itu tertahan bukan karena ketidaksiapan teknologi, melainkan karena satu hal mendasar yakni kurangnya tingkat keyakinan atas inisiatif baru yang akan dilaksanakan.

Baik penyedia teknologi, pemilik proyek, maupun lembaga keuangan, sering kali saling ragu. Pemilik proyek khawatir sistem tidak bekerja seperti yang dijanjikan. Bank enggan memberi pinjaman karena tidak yakin penghematan akan terjadi. Sementara penyedia teknologi kesulitan meyakinkan bahwa produk mereka dapat menghasilkan penghematan yang dijanjikan.

Untuk menjawab tantangan itu, lahirlah Energy Savings Insurance (ESI). Ini adalah sebuah inovasi asuransi yang menawarkan solusi berupa jaminan kinerja, jika penghematan energi yang dijanjikan tidak tercapai, maka pihak asuransi akan memberikan kompensasi atas selisih yang tidak tercapai.

Model ini telah terbukti berhasil. Di Meksiko, pilot project ESI berhasil mendorong lebih dari US$25 juta investasi di sektor agroindustri dengan target 190 proyek efisiensi energi. Sementara di Kolombia, program serupa mendukung lebih dari 100 perusahaan rumah sakit untuk menghemat energi dan menurunkan emisi hingga 13.977 ton CO₂e per tahun. El Salvador menargetkan 500 UKM melalui ESI dengan potensi pengurangan emisi hingga 37.500 ton CO₂e per tahun.

Keunggulan ESI tidak hanya terletak pada jaminan finansialnya, tetapi juga pada sistem pendukungnya antara lain audit teknis yang mendalam (Investment Grade Audit), verifikasi independen, serta kontrak baku yang melindungi semua pihak. Semua ini menciptakan ekosistem kepercayaan, sesuatu yang krusial dalam proyek berbasis performa seperti efisiensi energi.

 

Alur Kerja dan Peran Pihak dalam Skema ESI

Skema ESI melibatkan empat aktor utama yang berperan membentuk ekosistem pembiayaan berbasis kepercayaan:

  1. ESCO (Energy Service Company) bertugas menyediakan solusi efisiensi energi dan menjamin target penghematan melalui kontrak kinerja.
  2. Pemilik proyek atau pelaku UKM menerima solusi teknologi dari ESCO dan membiayainya sebagian dengan pinjaman.
  3. Lembaga pembiayaan (bank atau lembaga keuangan non-bank) menyediakan pembiayaan investasi, namun bersyarat pada adanya jaminan risiko performa.
  4. Perusahaan asuransi menyediakan jaminan performa melalui skema ESI, dan akan membayar kompensasi jika penghematan tidak tercapai, setelah diverifikasi oleh pihak ketiga independen.

Dalam skema ini, asuransi menjadi enabler utama yang memungkinkan bank percaya pada proyek efisiensi energi yang sebelumnya dianggap terlalu berisiko. Validasi penghematan dilakukan secara independen dan sistematis, sementara premi dibayar oleh ESCO sebagai bagian dari biaya menjual solusi.

Bagi industri asuransi umum, ESI adalah peluang baru untuk berperan aktif dalam transformasi hijau. Produk ini tidak bersifat tradisional, di mana yang dijamin bukanlah aset, melainkan hasil performa teknis.

Oleh karena itu, peran underwriting menjadi sangat strategis dan berubah menjadi kolaboratif yang berbasis data. Penilaian risiko tidak hanya melihat statistik historis, tapi juga baseline energi, performa teknologi, dan metodologi M&V.

Climate Policy Initiative (CPI) memperkirakan bahwa jika diterapkan secara luas, ESI dapat mendorong investasi hingga US$100 miliar dan menurunkan emisi global sebesar 234 juta ton CO₂e per tahun hingga 2030.

Kini, negara-negara lain seperti India, Turki, Vietnam, dan Brasil juga mulai mereplikasi model ESI. Eropa bahkan telah meluncurkan ESI Europe, yang didanai oleh program Horizon 2020 Uni Eropa. Sementara itu, Indonesia dengan potensi UKM yang besar dan kebutuhan efisiensi energi yang mendesak, tengah mempersiapkan langkah pertamanya.

Saatnya industri asuransi umum Indonesia turut berperan aktif dalam mendukung ekonomi hijau demi keberlangsungan bersama. Melalui ESI, asuransi tidak hanya memberikan perlindungan, tetapi juga ikut membangun masa depan yang lebih hemat energi dan berkelanjutan.

 

Penulis adalah Penggiat Manajemen Risiko dan Asuransi

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post PaDi UMKM Telkom makin Optimal dengan API
Next Post ICISA Bongkar Fakta Mengejutkan di Balik Solidnya Kinerja Asuransi di 2024

Member Login

or