Media Asuransi, JAKARTA – Di saat ekspor Indonesia ke Amerika Serikat kemungkinan tertekan dampak kebijakan Tarif Donald Trump, ada baiknya untuk meningkatkan ekspor ke kawasan atau negara lain. Pada tahun 2024 total nilai ekspor Indonesia ke Australia sebesar US$5,59 miliar. Menariknya, ekspor nonmigas Indonesia ke Australia meningkat signifikan hingga 60,58 persen di 2024.
Potensi ekspor Indonesia ke Australia sangat besar, didukung oleh sekitar 120 ribu diaspora Indonesia yang berada di Australia. Diaspora ini dapat menjadi mitra potensial bagi pelaku usaha berorientasi ekspor karena mereka lebih memahami situasi pasar di negara tersebut.
Untuk mendorong peningkatan ekspor Indonesia ke Australia, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) bersama Atase Perdagangan Canberra, Kementerian Perdagangan RI, dan Export Expert Indonesia, beberapa waktu lalu menyelenggarakan Market Brief dan Pitching Pasar Australia dan New Zealand, di Jakarta.
|Baca juga: Tarif AS Bakal Pukul Kinerja Ekspor Mesin Pengemasan & Pengolahan Makanan Uni Eropa
Dalam kesempatan itu, Atase Perdagangan Canberra, Agung Haris Setiawan, mengatakan bahwa pada tahun 2024 total nilai perdagangan antara Australia dan Indonesia mencapai US$13,47 miliar, dengan nilai ekspor Indonesia ke Australia sebesar US$ 5,59 miliar.
Lima komoditas utama yang diekspor Indonesia ke Australia meliputi mesin-mesin/mekanik (HS84) senilai US$1,20 miliar, benda-benda dari besi dan baja (HS85) senilai US$789,87 juta, mesin/peralatan listrik (HS85) senilai US$400,40 juta, minyak dan gas (HS87) senilai US$258,03 juta, dan pupuk (HS31) senilai US$200,79 juta.
|Baca juga: LPEI dan KBRI Belanda Tawarkan Jalan Baru ke Eropa Lewat Rotterdam
“Menariknya, ekspor nonmigas Indonesia ke Australia meningkat signifikan hingga 60,58 persen sepanjang 2024. Peningkatan ini turut menurunkan defisit perdagangan Indonesia terhadap Australia sebesar 30 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Haris dalam keterangan resmi LPEI yang dikutip Jumat, 23 Mei 2025.
Haris menjelaskan salah satu sektor dengan potensi ekspor signifikan adalah produk makanan dan minuman (HS code 19, 21, dan 22), dengan total nilai ekspor pada tahun 2024 mencapai US$160,5 juta.
|Baca juga: Ekspor Alat Kesehatan Indonesia Tembus US$273 Juta, Apa Dampak untuk Industri?
Sementara itu, Fikrie Aldjoeffry dari Export Expert Indonesia menjelaskan bahwa selain makanan dan minuman, bumbu masak Indonesia juga memiliki peluang besar untuk peningkatan ekspor ke Australia. Konsumen Australia mencari bumbu berbahan alami, tanpa tambahan sintetis, namun praktis dan cepat digunakan.
“Dunia sedang mencari rasa baru. Tren kuliner global dan etnik mendorong permintaan bumbu otentik, dan Indonesia memiliki peluang besar di pasar ini. Komunitas dan diaspora Indonesia yang berkembang di Australia menjadi katalisator promosi alami di pasar retail dan online Australia untuk makanan dan bumbu alami dari Indonesia,” katanya.
Produk home decor berbasis rotan dari Indonesia juga digemari masyarakat Australia karena desain yang beragam, bahan berkualitas tinggi, dan praktik berkelanjutan. Tren ekspor produk dekorasi rumah Indonesia dalam lima tahun terakhir (2018-2022) meningkat sebesar 13,98 persen, sedangkan ekspor produk furnitur meningkat sebesar 11,67 persen pada periode yang sama.
Kepala Divisi SMEs Advisory LPEI, Maria Sidabutar, mengatakan bahwa LPEI aktif memberikan wawasan ekspor kepada pelaku usaha Indonesia untuk membuka peluang, termasuk di pasar non-tradisional. LPEI memberi insight tentang tren konsumen, peluang produk unggulan, dan strategi penetrasi pasar di Australia dan Selandia Baru. Bersama Atase Perdagangan Canberra, LPEI juga memberikan masukan langsung kepada pelaku usaha yang membawa sampel produk.
“Sebagai bagian dari program berkelanjutan, LPEI memiliki produk layanan non-finansial untuk mendukung pelaku usaha berorientasi ekspor namun belum pernah ekspor seperti Business Matching, Desa Devisa (community development), dan Coaching Program for New Exporters (CPNE). Dengan pendekatan yang menyeluruh dan kolaboratif, LPEI terus berkomitmen untuk memperkuat daya saing UKM Indonesia di pasar global, membangun ekosistem ekspor yang inklusif, serta memanfaatkan teknologi untuk menghadirkan solusi ekspor yang adaptif dan berkelanjutan,” kata Maria.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News