1
1

Penuh Makna, Berikut 5 Tradisi Unik Menyambut Idulfitri dari Berbagai Daerah di Indonesia

Ilustrasi. | Foto: Kemenparekraf

Media Asuransi, JAKARTA – Membahas tradisi Idulfitri atau kita sebut Lebaran, mungkin kita akan langsung menjawab mudik, dan sungkem sebagai tradisi wajib saat Lebaran. Hal itu mengingat keduanya seakan menjadi momen sakral menyambut Idulfitri.

Tapi ternyata tradisi Lebaran di Indonesia tidak hanya mudik dan sungkem saja. Nyatanya, setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi Lebaran yang terkenal unik sesuai dengan budaya dan kepercayaan yang sudah dilaksanakan secara turun-temurun.

|Baca juga: Jangan Lagi Khawatir, Ini 5 Kebiasaan Mudah untuk Bantu Keuangan Rumah Tangga Tetap Stabil!

|Baca juga: Kamu Mau Cerdas Berinvestasi Sejak Dini? Coba Baca Informasi Berikut Ini!

Melansir Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Senin, 31 Maret 2025, berikut beberapa tradisi unik Lebaran di berbagai daerah Indonesia:

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Grebeg Syawal

Grebeg Syawal menjadi salah satu ritual rutin digelar setiap tahun. Tradisi ini berasal dari Keraton Yogyakarta dan dilakukan setiap 1 Syawal, atau tepat pada Hari Raya Idulfitri. Grebeg Syawal merupakan wujud syukur setelah melewati bulan Ramadan yang sudah dilaksanakan sejak abad ke-16.

Daya tarik dari tradisi Grebeg Syawal ada pada tujuh gunungan yang terdiri dari gunungan lanang atau kakung sebanyak tiga buah, gunungan wadon atau estri, gunungan darat, gunungan gepak, dan gunungan pawuhan masing-masing satu buah.

Seluruh gunungan akan dibawa oleh abdi dalem dan dikawal prajurit Bregodo dari Alun-Alun Utara Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menuju Masjid Gedhe Kauman, Pura Pakualaman, dan Kantor Kepatihan. Gunungan tersebut nantinya akan diperebutkan masyarakat.

Nusa Tenggara Barat (NTB), Perang Topat

Tradisi Perang Topat atau ‘perang ketupat’ tradisi di Lombok, NTB, menurut kepercayaan adalah simbol kerukunan antar umat Hindu dan Islam yang hidup berdampingan di Lombok.

Dahulu sebelum perang dimulai, masyarakat akan melakukan doa dan ziarah di Makam Loang Baloq di kawasan Pantai Tanjung Karang, dan Makam Bintaro di kawasan Pantai Bintaro. Uniknya, setelah tradisi dimulai, ketupat-ketupat yang digunakan untuk berperang akan kembali diperebutkan, karena dipercaya membawa kesuburan sehingga membuat panen melimpah.

Bengkulu, Ronjok Sayak

Secara umum, kata sayak sendiri bisa diartikan sebagai batok kelapa. Jadi, Ronjok Sayak adalah tradisi membakar batok kelapa kering yang ditumpuk hingga setinggi satu meter. Menurut kepercayaan, tradisi Lebaran Ronjok Sayak sudah dilaksanakan sejak ratusan tahun silam.

|Baca juga: #Kabur Aja Dulu, Sekadar Tren atau Indikasi Niat?

|Baca juga: Antisipasi Krisis Ekonomi, Siapkan 5 Langkah Ini!

Masyarakat Bengkulu percaya jika api merupakan penghubung antara manusia dan leluhur. Itulah mengapa pelaksanaan tradisi Ronjok Sayak harus berjalan hikmat, dan diiringi dengan banyaknya doa-doa yang dipanjatkan selama proses pembakaran batok kelapa. Biasanya, tradisi Ronjok Sayak ini dilakukan setelah melaksanakan salat Isya pada 1 Syawal.

Sulawesi Utara, Binarundak

Masyarakat Motoboi Besar di Sulawesi Utara juga memiliki tradisi menyambut Lebaran warisan leluhur yang masih dilakukan dan dilestarikan hingga sekarang, yakni tradisi Binarundak. Sebuah tradisi membuat atau memasak nasi jaha secara bersama-sama yang dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut setelah Hari Raya Idulfitri.

Nasi jaha adalah makanan khas Sulawesi Utara berbahan dasar beras dan dimasak dalam batang bambu. Hidangan khas ini memiliki perpaduan rasa gurih dari santan, serta jahe yang cukup kuat. Menurut kepercayaan, tradisi Binarundak dalam menyambut Lebaran merupakan sarana silaturahmi terhadap sesama, sekaligus sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.

Kalimantan Barat, Festival Meriam Karbit

Sedikit berbeda dengan tradisi-tradisi lainnya, Festival Meriam Karbit justru menjadi pengingat kepada warga akan keberanian dan menumbuhkan semangat kebersamaan. Festival ini digelar selama tiga hari berturut-turut, dimulai sejak sebelum, sesaat, dan sesudah Lebaran.

Menariknya. Festival Meriam Karbit tidak hanya menjadi tradisi Lebaran saja, melainkan juga menjadi warisan budaya yang kental dengan nilai historis karena berkaitan dengan sejarah berdirinya Kota Pontianak.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Tak Ada Baju Baru Lebaran, Seken Pun Jadi
Next Post Kinerja Penjualan Repower (REAL) Tembus Rp115,89 Miliar di 2024, Meroket 1.284%!

Member Login

or