1
1

Kabar Buruk Datang, Serangan Siber yang Didukung AI Terus Melonjak!

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, GLOBAL – Perusahaan keamanan siber, Fortinet, melalui studi barunya mencatat mayoritas organisasi di Malaysia sedang menghadapi peningkatan serangan siber yang didukung oleh kecerdasan buatan (AI). Hal itu mengkhawatirkan lantaran investasi keamanan siber masih tertinggal.

Sebanyak 54 persen organisasi di Malaysia mencatat peningkatan dua kali lipat dalam ancaman yang didukung oleh AI. Setidaknya 24 persen organisasi yang berpartisipasi dalam penelitian ini mendapati serangan siber yang melonjak tiga kali lipat selama satu tahun terakhir. Survei regional oleh International Data Corporation (IDC) dilakukan di 11 negara Asia Pasifik.

|Baca juga: Saham Sritex (SRIL) Masuk Kategori Layak ‘Ditendang’ dari Bursa

|Baca juga: TBS Energi Utama (TOBA) Catat Pendapatan US$71,5 Juta di Kuartal I/2025

Country Manager Fortinet Malaysia Kevin Wong mengatakan data tersebut mencerminkan tren yang mengkhawatirkan dalam evolusi kejahatan siber. Hal itu dengan AI yang memungkinkan penyerang untuk meluncurkan serangan sangat canggih, lebih cepat, dan lebih adaptif dibandingkan dengan serangan tradisional yang dieksekusi secara manual.

“Sebagai gambaran, otomatisasi mendorong hingga 36 ribu percobaan penipuan setiap detiknya, dan kami melihat 97 miliar percobaan eksploitasi hanya dalam paruh pertama tahun lalu. AI melipatgandakan tren ini dua hingga tiga kali lipat,” ujarnya, dikutip dari Asia Insurance Review, Rabu, 4 Juni 2025.

Menurut IDC, lanjutnya, lebih dari 100 miliar data yang dicuri yang terkait dengan organisasi Malaysia diperjualbelikan di web gelap. Selain itu, pencurian kredensial juga meningkat lebih dari 500 persen dalam satu tahun terakhir.

|Baca juga: Bos OJK Beberkan Alasan Belum Ubah Aturan Backdoor Listing

|Baca juga: Bank Mega Syariah Salurkan Pembiayaan Korporasi Rp5,2 triliun hingga April 2025

“Serangan phishing, yang kini didukung oleh AI, menjadi jauh lebih terarah dan sulit untuk diidentifikasi. Alat pertahanan siber tradisional tidak dapat mengimbanginya. Ini sebabnya mengapa AI juga perlu digunakan di sisi pertahanan untuk memenuhi kecepatan dengan kecepatan,” sebut Kevin.

Kevin mengatakan sifat risiko siber telah berubah secara fundamental, tidak lagi muncul sebagai insiden yang terisolasi tetapi sebagai ancaman yang terus berkembang. “Keamanan siber tidak bisa lagi bersifat reaktif. Dengan ancaman yang digerakkan oleh AI, pendekatan yang proaktif dan dipimpin oleh intelijen menjadi sangat penting,” pungkasnya.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post OJK Gelar Forum Survei Penilaian Integritas untuk Dorong Peningkatan Tata Kelola di Sektor Jasa Keuangan
Next Post Angkutan Retail KAI Naik 16%, UMKM Jadi Andalan

Member Login

or