1
1

Optimisme Pasar dan Data Inflasi Jadi Pemantik Bitcoin Tembus US$100 Ribu

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, JAKARTA – Bitcoin menembus angka psikologis US$100 ribu atau Rp1,63 miliar pada Kamis, 16 Januari 2025. Kondisi itu didorong oleh optimisme pasar yang dipicu oleh data inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih baik dari perkiraan serta perkembangan positif dalam regulasi kripto di AS.

Data inflasi AS pada Desember 2024 menunjukkan kenaikan 0,4 persen secara bulanan dengan tingkat inflasi tahunan mencapai 2,9 persen, sesuai ekspektasi pasar. Inflasi inti tercatat sebesar 3,2 persen, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang berada di 3,3 persen.

Penurunan ini meningkatkan ekspektasi pasar akan potensi pelonggaran kebijakan moneter oleh The Fed, mendorong minat investor terhadap aset berisiko seperti Bitcoin.

|Baca juga: Usai Kebakaran di Los Angeles, Pemilik Rumah Kini Hadapi Tantangan Klaim Asuransi!

|Baca juga: Bukalapak Tempatkan Mayoritas Sisa Dana IPO di Obligasi Pemerintah

Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur mengungkapkan penurunan suku bunga yang diantisipasi telah menjadi angin segar bagi pasar kripto. “Dengan inflasi yang terkendali, Bitcoin dilihat sebagai aset yang menjanjikan untuk lindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi global,” ujarnya, dikutip dari keterangan resminya, Jumat, 17 Januari 2025.

Selain data inflasi, perubahan kepemimpinan di Securities and Exchange Commission (SEC) turut memberikan sentimen positif. Menurut laporan Reuters, SEC berencana memberikan panduan lebih jelas terkait status aset kripto sebagai sekuritas, yang dianggap dapat menciptakan regulasi lebih ramah bagi industri kripto.

Bitcoin sebelumnya mengalami volatilitas tinggi, sempat turun di bawah US$90 ribu atau Rp1,47 miliar pada Senin sebelum melonjak kembali. Momentum ini diperkuat oleh data Indeks Harga Produsen (PPI) AS yang juga di bawah ekspektasi, memperkuat keyakinan investor bahwa inflasi cenderung menurun.

Para analis memproyeksikan Bitcoin dapat terus naik hingga mencapai US$103 ribu atau sekitar Rp1,68 miliar dalam waktu dekat. Fyqieh memprediksi Bitcoin dapat mencapai kisaran US$101 ribu hingga US$102 ribu dalam beberapa minggu ke depan, didukung data ekonomi yang solid dan antisipasi pelantikan Presiden Donald Trump pada 20 Januari.

“Jika momentum ini berlanjut, target berikutnya di US$103 ribu bukan hal yang mustahil. Namun, investor tetap harus memperhatikan risiko pasar untuk mengelola fluktuasi yang tinggi,” jelas Fyqieh.

|Baca juga: OJK Siapkan 3 Kebijakan Strategis untuk Dukung Pembiayaan Sektor Perumahan

|Baca juga: OJK: Produk Asuransi Khusus untuk Fintech P2P Pending Masih Dilakukan Pendalaman

Momentum kenaikan ini turut dipicu optimisme pasar terhadap kebijakan pro-kripto dari pemerintahan baru, seperti inisiatif membangun cadangan Bitcoin strategis nasional. Namun, beberapa risiko tetap ada, terutama menjelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang dapat memengaruhi sentimen pasar.

Probabilitas suku bunga tetap di kisaran 425-450 basis poin mencapai 88,8 persen menurut alat FedWatch CME Group. “Meski optimisme tinggi, volatilitas Bitcoin tetap harus dikelola dengan strategi yang tepat,” tutup Fyqieh.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Sunindo Pratama (SUNI) Menang Tender senilai Rp129,89 Miliar dari Pertamina Hulu Sanga Sanga
Next Post LPEI (Indonesia Eximbank) Siap Lunasi Obligasi Jatuh Tempo

Member Login

or