1
1

Saatnya Manfaatkan Fintech P2P Lending untuk Pengembangan Usaha

(kiri-kanan) Owner Allura Fashion, Nasya, owner KataLoGue Group Coffeeshop, Proza, pesohor yang sekaligus owner Hipnoza Parfum, Hesty Purwadinata, dan financial planner, Lolita Setyawati, foto bersama usai talkshow “Pengusaha Sukses, #UntungAdaFintechP2P” di Jakarta, 23 November 2023. | Foto: doc

Media Asuransi, JAKARTA – Selama ini masyarakat lebih mengenal fintech peer-to-peer (P2P) lending sebagai solusi meminjam dana untuk keperluan konsumtif. Padahal, awal kelahiran P2P lending ini untuk menjembatani kebutuhan dana para pengusaha, khususnya kalangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk mengembangkan bisnisnya.

Pengalaman mendapat dana dari P2P lending untuk pengembangan bisnis, dibagikan oleh pesohor yang sekaligus owner Hipnoza Parfum, Hesty Purwadinata, owner KataLoGue Group Coffeeshop, Proza, dan owner Allura Fashion, Nasya, serta insight dari financial planner, Lolita Setyawati. Mereka berbicara dalam acara talkshow “Pengusaha Sukses, #UntungAdaFintechP2P” di Jakarta, Kamis, 23 November 2023.

Hesty Purwadinata yang selama ini dikenal sebagai aktris dan komedian, ternyata merupakan pemilik Hipnoza Seven Eu de Parfum. Produk pertamanya dilempar ke pasar pada Februari 2023 dan mendapat sambutan hangat dari konsumen. Seiring dengan meningkatnya permintaan di pasar atas produk yang telah diluncurkan, Hipnoza berencana untuk meluncurkan 4 produk sekaligus di awal tahun 2024.

|Baca juga: 36,57% UMKM Terima Pembiayaan dari Fintech P2P Lending

Masalahnya, untuk itu diperlukan suntikan modal usaha lagi. Sempat terpikir untuk menggunakan dana pribadi, Hesty dan partnernya di Hipnoza lantas memilih fintech P2P lending sebagai sumber dana.

Menurutnya, pertimbangan pertama memilih fintech P2P lending adalah kemudahan. “Sebagai perusahaan baru, tentu akan kesulitan bagi kami jika mengajukan pendanaan dari bank. Maka pilihannya jatuh ke fintech P2P lending. Tentu saja tidak sembarangan memilih, melainkan harus yang kredibel dan telah terdaftar di OJK,” jelasnya.

Dia tambahkan, selain membantu dari sisi permodalan, fintech P2P lending juga membantu pengelolaan keuangan, mulai dari pengelolaan utang dan aset produktif, hingga pengaturan cash flow bisnis yang lancar. “Jadi kami tidak dikasih dana lantas ditinggal. Namun didampingi, ada proses pembinaan dari fintech P2P lending ini,” jelas Hesty.

Pengakuan serupa disampaikan oleh Nasya yang memilih pendanaan dari fintech P2P lending untuk pengembangan Allura Fashion miliknya. Menurutnya, kolaborasi dengan fintech P2P lending mampu membuat dia lebih profesional dalam mengatur keuangan. “Allura akan terus menjalin kerja sama dengan fintech P2P lending agar mampu konsisten meningkatkan aktivitas di semua lini bisnis,” tuturnya.

Nasya mengakui membangun bisnis Allura dari hobi simpel hingga menjadi pemimpin di industri Fashion, Living, and Kids. Pada tahun 2016, ALLURA merilis produk inovatif, menjadi pelopor dalam hijab printing (printed scarves), mengikuti arus pesatnya pergerakan mode fashion saat itu.

Pada masa itu, Allura mencapai puncak perkembangan bisnisnya di pasar nasional dan internasional, dengan kolaborasi bersama figur publik serta ekspansi ke pasar Malaysia, London, dan Brunei. Pada tahun 2023 ini, Allura mengambil langkah baru dengan merilis produk busana dalam kolaborasi dengan Fanny Fabriana, seorang figur publik terkemuka.

|Baca juga: OJK Keluarkan Aturan Tentang Tingkat Bunga Fintech P2P Lending

Sementara itu, Proza mengaku memanfaatkan fintech P2P lending untuk ekspansi bisnis KataLoGue Coffeeshop. Mantan karyawan swasta, memulai perjalanan bisnisnya dengan mendirikan KataLoGue Kopi pada tahun 2016, tanpa pengalaman bisnis sebelumnya.

Seiring berjalannya waktu pengakuan atas kelezatan kopi di KataLoGue mulai muncul dan pelanggan setia mulai datang secara teratur. Kualitas kopi dan atmosfer yang unik menjadi daya tarik utama.

Proza mulai memikirkan untuk melakukan ekspansi di dalam bisnisnya dan memilih fintech P2P lending untuk memperkuat permodalan. Maka mulailah dibuka gerai-gerai ritel kopi baru untuk mendekatkan produknya ke konsumen.

“Saat ini sudah punya 8 cabang, termasuk di Semarang dan Cirebon,” kata Proza.  KataLoGue Group berhasil memiliki beberapa merek terkenal, termasuk KataLoGue Kopi, Petak25, Kai.Ros Coffee, Komunal 9, dan Ropang Harapan.

Kesuksesannya tidak hanya dilihat oleh pelanggan setia, tetapi juga menarik perhatian Dian Pelangi, brand fashion ternama di Jakarta, yang kemudian berkolaborasi dengan KataLoGue Group pada tahun 2022. Rumi & Co Coffeeshop, yang terletak di butik Dian Pelangi di Kawasan Kemang, Jakarta Selatan, menjadi tempat yang menarik perhatian pelanggan mode dan penggemar kopi.

Bukan hanya memberikan pendanaan, menurut Proza, fintech P2P lending juga membantu dalam penyempurnaan interior design dari setiap gerai ritel kopinya, sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi para pelanggan. “Saya belajar banyak ketika mulai melibatkan fintech P2P lending dalam bisnis. Mulai dari belajar cara pengelolaan keuangan perusahaan yang lebih profesional, cara memutarkan cash flow yang positif, dan hingga menjadikan utang sebagai aset yang produktif,” jelasnya.

Sementara itu, financial planner, Lolita Setyawati, mengingatkan para pengusaha UMKM agar tetap hati-hati dalam mengelola keuangan. Jika harus meminjam dana untuk tambahan modal dari fintech P2P lending, tetap harus dihitung dengan cermat.

“Harus tahu kebutuhan dananya berapa. Jangan sampai terlalu banyak, namun juga jangan sampai kurang. Jika kelebihan, dananya akan idle, padahal kita tetap harus bayar bunganya,” tutur Lolita.

Editor: S. Edi Santosa

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post PT Bank Syariah Indonesia Tbk: Pengguna BSI Mobile Capai 5,9 Juta
Next Post Bank Indonesia Pertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate Tetap Sebesar 6,00 Persen
mediaasuransi_pd_728x90_std_hsbc mediaasuransi_pd_300x600_std_hsbc mediaasuransi_pd_300x250_std_hsbc mediaasuransi_pd_320x100_std_hsbc mediaasuransi_pd_320x50_std_hsbc mediaasuransi_pd_320x480_std_hsbc

Member Login

or