Media Asuransi, JAKARTA – Ritme pemulihan ekonomi global yang beragam di tahun 2021, kembali terjadi pada tahun ini. Namun di 2021 pemulihan yang dipimpin oleh negara maju, sedang di tahun 2022 negara berkembang tumbuh lebih tangguh.
International Monetary Fund (IMF) beberapa kali merevisi laju pertumbuhan global menjadi lebih rendah untuk tahun ini, terutama negara maju yang didorong oleh beberapa faktor. Dilansir dari laman eastspring investment, salah satunya faktor harga komoditas yang melambung tinggi, didasari oleh perang antara Rusia dan Ukraina sehingga menambah beban krisis biaya hidup bagi ratusan juta orang.
|Baca juga: Jokowi Optimistis Pertumbuhan Ekonomi RI 2023 di atas 5 Persen
Ditambah lagi dengan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan awal terutama di AS (Amerika Serikat), sehingga mendorong bank sentral utama untuk mengetatkan kebijakan moneter. Meskipun perlu dilakukan, hal tersebut akan membebani laju pemulihan ekonomi.
Sementara itu, rantai pasokan global yang masih terganggu, terutama akibat dari penguncian atau lockdown yang diterapkan berulang kali di China untuk menahan penyebaran virus Covid-19. Gangguan pasokan gas ke Uni Eropa yang dapat memicu resesi serta menimbulkan krisis energi global.
Alhasil, pada laporannya yang diterbitkan bulan Oktober 2022 kemarin IMF memprediksikan negara maju untuk tumbuh 2,5%, sedangkan negara berkembang 3,7% dan negara berpendapatan rendah 4,8% karena laju inflasi yang relatif lebih terkendali.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News