1
1

KADIN Usulkan 7 Strategi Hilirisasi Kelautan dan Perikanan

Ilustrasi. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia mengusulkan tujuh strategi hilirisasi sektor kelautan dan perikanan, yang dapat dilakukan pemerintah.

Hal itu disampaikan Wakil Kepala Badan Pembinaan UMKM, Ekonomi Kerakyatan KADIN Indonesia, Yugi Prayanto. “Strategi itu didasarkan pada analisis tantangan, hambatan, dan potensi yang ada di sektor kelautan dan perikanan,” ujarnya dalam keterangan resmi yang dikutip Rabu, 29 Mei 2024.

Yugi menerangkan, tujuh strategi hilirisasi diperlukan untuk meningkatkan volume dan nilai ekspor perikanan dan kelautan Indonesia, meliputi: pertama, penyelarasan dan harmonisasi peraturan-peraturan yang ada sehingga lebih efektif dan efisien baik antar lembaga, kementerian dan daerah.

Kedua, membangun sistem logistik ikan nasional. Ketiga, memperbanyak industri pengolahan perikanan (unit pengolahan ikan/UPI). Keempat, mempermudah skema pendanaan untuk produksi dan pengolahan perikanan.

|Baca juga: Kadin Indonesia Gandeng RangeMe Bawa Perusahaan Lokal Tembus Pasar Global

Kelima, memperpendek jalur distribusi dari UPI ke konsumen akhir untuk efisiensi biaya logistik. Keenam, memperbanyak penjualan produk frozen ke pasar ritel. Ketujuh, mendorong industri untuk membuat produk yang mudah dimasak di rumah.

Di sisi lain, Yugi menilai bahwa hambatan serta tantangan di sektor kelautan dan perikanan juga tidak kalah sulit. Pertama, permasalahan utama industri pengolahan perikanan adalah kekurangan bahan baku. Kedua, jika bahan baku tersedia, maka harganya lebih tinggi dibandingkan negara pesaing seperti India, Vietnam, Equador, dan negara lainnya.

Ketiga, banyaknya peraturan pemerintah pusat dan daerah khususnya di perikanan budidaya dan tangkap. “Hal ini menghambat produksi perikanan. Misal PP 85 tahun 2021. Jadi regulasi sebaiknya nyaman untuk diterapkan,” ungkapnya.

Keempat, produk perikanan mayoritas diperdagangkan dalam bentuk fresh sehingga kualitas sulit terjaga. Kelima, pemilihan produk perikanan yang kurang baik. Karena tidak semua produk perikanan semakin diolah semakin bernilai tambah.

“Contohnya, ada jenis ikan yang lebih bernilai tinggi jika dijual utuh, dibandingkan di fillet. Seperti Kerapu dan Bawal. Dan keenam adalah skema pendanaan yang belum memadai,” kata Yugi.

Menurut dia, Indonesia merupakan negara maritim dengan potensi dan kontribusi perikanan yang signifikan bagi dunia. Tak hanya menjadi habitat bagi berbagai spesies ikan, laut nusantara juga menjadi tumpuan hidup masyarakat dengan berbagai jenis usaha.

Editor: S. Edi Santosa

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Swiss Re: Kenaikan Suku Bunga Pengaruhi Pertumbuhan Asuransi Jiwa
Next Post KSPI: Tapera Dibutuhkan tapi Tidak untuk Sekarang!

Member Login

or