1
1

Tingkat Ekspansi Manufaktur Indonesia Melambat pada April 2024

Jumlah angkatan kerja di Indonesia semakin meningkat. | Foto: setkab.go.id

Media Asuransi, JAKARTA – Perekonomian manufaktur Indonesia terus mengalami ekspansi pada bulan April. Pertumbuhan tergolong solid, meski turun dari bulan Maret karena produksi dan permintaan baru naik pada laju lebih lambat.

Perusahaan kembali menaikkan aktivitas pembelian mereka, menggambarkan upaya untuk menaikkan tingkat inventaris menghadapi pertumbuhan pada bulan-bulan mendatang. Namun demikian, dengan kepercayaan diri menurun sejak bulan Maret, PHK sementara dilaporkan menyebabkan penurunan kecil pada ketenagakerjaan. Sementara itu, data harga menunjukkan kenaikan tajam pada biaya input putaran baru.

Headline Purchasing Manager’s Index™ (PMI®) Manufaktur Indonesia dari S&P Global Indonesia yang disesuaikan secara berkala masih berada di atas tidak ada perubahan 50,0 pada bulan April, menunjukkan perpanjangan periode pertumbuhan saat ini menjadi 32 bulan.

Akan tetapi, tingkat ekspansi lebih lambat dibandingkan pada bulan Maret. Sebagaimana ditunjukkan pada penurunan PMI dari posisi tertinggi dalam 29 bulan yaitu dari 54,2 ke 52,9 pada bulan April. Survei pada bulan April menunjukkan kenaikan secara bersamaan pada output dan permintaan baru. Tingkat ekspansi lebih lambat dibandingkan pada bulan Maret, namun masih terasa.

|Baca juga: Manufaktur Indonesia Ekspansif, Bukti Resiliensi Ekonomi Nasional

Panelis secara umum menyampaikan bahwa permintaan barang jadi naik, meski secara umum berpusat pada pasar domestik. Data terkini menunjukkan bahwa tren lemah pada penjualan ekspor berlanjut, yang turun pada bulan April selama dua bulan berturut-turut dan pada kisaran terbesar sejak bulan Februari 2023.

Menanggapi kenaikan kebutuhan produksi dan permintaan baru, manufaktur Indonesia menaikkan aktivitas pembelian mereka. Pertumbuhan tercatat dan kini telah berjalan selama 32 bulan berturut-turut. Akan tetapi, kenaikan terkini pada pembelian merupakan yang paling lemah dalam survei sejak bulan November lalu.

Perusahaan mencatat upaya untuk mendorong inventaris untuk menaikkan tingkat stok dalam menghadapi kenaikan produksi dan penjualan pada bulan-bulan mendatang. Tentu saja, perusahaan mempertahankan harapan positif tentang output dalam 12 bulan mendatang, dengan 45% panelis memperkirakan kenaikan produksi.

Namun demikian, sentimen turun hingga level terendah sejak bulan Maret hanya dalam waktu empat tahun. Hal ini menjelaskan mengapa perusahaan waspada tentang ketenagakerjaan, menunjukkan preferensi pada kasus tertentu untuk melakukan PHK sementara. Keseluruhan ketenagakerjaan turun pada bulan April untuk pertama kali sejak bulan Oktober lalu.

Dengan kapasitas tenaga kerja yang dikurangi dan persyaratan produksi naik, penumpukan pekerjaan kembali naik. Tingkat pertumbuhan tergolong sedang, tetapi masih tergolong tinggi yang tercatat pada survei sejak bulan April 2023. Sementara itu, data harga terkini menunjukkan kenaikan biaya input putaran baru, sejalan dengan tren yang dimulai pada bulan Desember 2019. Panelis mencatat kenaikan secara umum pada harga bahan baku, dan bahwa faktor nilai tukar yang buruk menyebabkan harga barang impor naik.

|Baca juga: Manufaktur Indonesia Ekspansif, Bukti Resiliensi Ekonomi Nasional

Perpanjangan waktu tunggu pesanan menambah tekanan inflasi, meski penundaan pengiriman secara alami sementara terjadi dan berkaitan dengan cuaca buruk. Namun perusahaan menanggapi kenaikan biaya input dengan cara meneruskan kepada klien jika memungkinkan. Data terkini menunjukkan bahwa harga output kembali naik pada bulan April, dengan tekanan inflasi hanya sedikit lebih rendah dibandingkan posisi tertinggi dalam 21 bulan pada bulan Maret.

Paul Smith, Direktur Ekonomi S&P Global Market Intelligence, mengatakan secara keseluruhan, April merupakan bulan positif untuk perekonomian manufaktur Indonesia, dengan output dan permintaan baru naik sejak bulan Maret pada tingkat yang lumayan baik di tengah laporan kondisi permintaan yang positif.

“Perusahaan terus mendorong aktivitas pembelian dan menaikkan stok untuk mengantisipasi pertumbuhan pada bulan-bulan mendatang,” dalam laporan dikutip, Kamis, 2 Mei 2024.

Akan tetapi, sambung dia, ada sedikit hambatan pada rincian data survei. Penjualan ekspor kembali turun, tingkat pertumbuhan produksi dan permintaan baru keduanya juga turun. Kondisi ini mendorong perusahaan untuk mengurangi jumlah tenaga kerja.

“Meski dalam keadaan tertentu, PHK dianggap sebagai fenomena sementara, namun hal ini dapat menggambarkan penurunan optimisme perusahaan – data terkini menunjukkan bahwa kepercayaan diri menurun ke tingkat terendah selama hampir empat tahun pada bulan April.”

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Cermati Invest Pasarkan Produk Reksa Dana Danakita Investama
Next Post Sisi Gelap Transformasi Pendidikan Indonesia di Era Modern

Member Login

or