Media Asuransi, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan kembali komitmennya terhadap penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) di sektor jasa keuangan Indonesia, melalui partisipasinya dalam kegiatan World Mangrove Day 2025. Bertempat di Kawasan Hutan Lindung Angke Kapuk, Jakarta Utara. Acara ini menjadi momentum strategis untuk menunjukkan bahwa keberlanjutan bukan hanya konsep, melainkan tindakan.
Kegiatan penanaman 3.000 bibit pohon mangrove yang digagas oleh STMA Trisakti ini melibatkan lebih dari 300 peserta dari kalangan regulator, akademisi, industri perasuransian, serta komunitas lokal. OJK memandang kegiatan ini sebagai wujud sinergi ideal antara pengawasan lembaga keuangan dan peran sosial terhadap lingkungan hidup.
|Baca juga: STMA Trisakti Gelar Executive Human Capital Gathering ke-20
Ketua STMA Trisakti, Antious Anton Lie, dalam sambutannya menyampaikan, STMA Trisakti sebagai perguruan tinggi yang memang fokus di bidang perasuransian, sadar penuh apa yang di ajarkan dan juga apa yang di pandu khususnya kepada teman-teman di industri perasuransian. Karena mereka mempunyai kepentingan untuk menjaga ekosistem alam.
Jika ekopsistem alam ini tidak dijaga maka pelaku asuransi juga yang akan menanggung risikonya bila terjadi bencana alam seperti banjir dan sebagainya. “Untuk itu, kami dari STMA Trisakti untuk yang ke tujuh kalinya mengajak pelaku asuransi untuk ikut berperan aktif dalam kegiatan penanaman pohon mangrove ini,” ungkap Anton Lie.
Sementara itu, Kepala Departemen Pengawas Asuransi dan Jasa Penunjang OJK, Sumarjono, menyampaikan bahwa sektor jasa keuangan memiliki tanggung jawab untuk menjadi bagian dari solusi terhadap krisis iklim. “Prinsip ESG bukan sekadar tren internasional, tetapi kebutuhan mendesak dalam membangun ketahanan ekonomi nasional. Kegiatan seperti ini mencerminkan bahwa industri jasa keuangan, khususnya asuransi, mampu berperan aktif dalam isu lingkungan,” tegasnya.
Dia menambahkan bahwa OJK akan terus mendorong setiap perusahaan di sektor keuangan mengintegrasikan keberlanjutan dalam praktik bisnisnya.
Partisipasi aktif juga datang dari tiga asosiasi besar industri asuransi, yakni Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Dewan Asuransi Indonesia (DAI), dan Asosiasi Perusahaan Pialang Asuransi dan Reasuransi Indonesia (APPARINDO). Ketiganya hadir untuk memperkuat posisi industri dalam menghadapi tantangan lingkungan dan iklim.
|Baca juga: STMA Trisakti Gelar Festival Campus Marketeers Club
“Industri asuransi berada di garis depan dalam menghadapi risiko-risiko baru akibat perubahan iklim. Maka dari itu, keterlibatan kami dalam penanaman mangrove hari ini adalah bentuk preventif yang nyata,” ujar Ketua Umum AAUI, Budi Herawan.
Sementara itu, Ketua Umum DAI, Yulius Bhayangkara, menyampaikan bahwa pelestarian lingkungan juga merupakan bagian dari komitmen etika perusahaan dan kepemimpinan industri. “Jika ingin menjaga keberlangsungan bisnis jangka panjang, maka menjaga lingkungan adalah bagian yang tak terpisahkan. Kami sangat mendukung kegiatan ini dan berharap kegiatan seperti ini diperluas ke seluruh wilayah pesisir Indonesia,” ujarnya.
Dari sisi organisasi profesi, kehadiran Kapler A. Marpaung, Dewan Kehormatan APPARINDO dan Presiden Direktur PT TALA Reinsurance Brokers & Consultants, memberikan bobot tersendiri terhadap kegiatan ini. Dia melihat gerakan ini sebagai awal dari pendekatan yang lebih humanis dalam industri asuransi. “Sebagai profesional asuransi, kita terbiasa menghitung risiko di atas kertas. Tapi hari ini, kita menyentuh langsung akar dari risiko lingkungan, secara harfiah dan simbolis, di lumpur mangrove. Ini penting untuk membentuk empati dan kesadaran baru,” ujar Kapler.
OJK mengakui bahwa perubahan mindset di industri keuangan perlu diikuti dengan kebijakan konkret. Sejumlah regulasi seperti POJK No. 51/POJK.03/2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan serta roadmap keuangan berkelanjutan OJK tahap II telah memberikan kerangka kerja yang kuat. Namun, implementasi di lapangan tetap memerlukan keterlibatan multipihak.
“Regulasi tidak akan efektif tanpa aksi. Hari ini, kami menyaksikan bahwa edukasi dan pelibatan mahasiswa dapat mendorong kesadaran kolektif. STMA Trisakti telah membuka jalan yang harus diikuti institusi lainnya,” tambah Sumarjono.
Mangrove bukan hanya solusi ekologi, tetapi juga memiliki nilai dalam pendekatan ekonomi hijau. Kemampuannya menyerap karbon dalam jumlah besar membuatnya potensial untuk dimasukkan dalam skema carbon credit atau environmental offset yang dapat dikembangkan industri asuransi dalam produk-produk berorientasi ESG.
Sebagai contoh, beberapa perusahaan sponsor yang hadir seperti PT Great Eastern General Insurance Indonesia, PT Asuransi Jasa Tania, dan PT Indolife Pensiontama telah menyatakan minat untuk menjadikan pelestarian mangrove sebagai bagian dari strategi keberlanjutan dan laporan ESG tahunan mereka.
Melalui acara ini, terlihat bahwa sinergi antara regulator, asosiasi industri, dan perguruan tinggi dapat melahirkan dampak lingkungan yang konkret dan berkelanjutan. “Kami percaya bahwa STMA Trisakti, melalui pendekatan akademik dan aksi nyatanya, telah memberikan contoh luar biasa bagaimana ESG harusnya dijalankan, bukan hanya di atas kertas, tapi di atas tanah, dan dalam hal ini, di lumpur mangrove,” tutur Budi Herawan.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News