1
1

OJK: Penurunan Daya Beli Jadi Tantangan Industri Jasa Keuangan di Tahun 2025

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar saat memberikan sambutan pada pembukaan Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2025, di Jakarta, Selasa, 11 Februari 2025. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, mengatakan bahwa pada tahun 2025 industri sektor jasa keuangan akan menghadapi sejumlah tantangan.

“Di sisi domestik, kita dihadapkan pada isu perlunya penyerapan tenaga kerja sektor formal. Selain itu ada tantangan terkait pemulihan daya beli masyarakat, khususnya untuk kelompok menengah bawah, yang pemulihannya masih tertahan,” kata Mahendra Siregar saat memberikan sambutan pada pembukaan Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2025, di Jakarta, Selasa, 11 Februari 2025.

Dalam kesempatan itu, Mahendra mengapresiasi kebijakan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang sudah mendukung penyediaan lapangan kerja dan perbaikan daya beli masyarakat. “Oleh karena itu kami menyambut program pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ke level yang lebih tinggi dan mencapai visi Indonesia Emas,” ujarnya.

|Baca juga: OJK Apresiasi Komunikasi dan Masukan dari Industri Jasa Keuangan di Dialog Akhir 2024

Terkait dengan kinerja sektor jasa keuangan selama tahun 2024, menurut Mahendra kondisinya dalam keadaan cukup terjaga dan stabil. Hal ini antara lain terlihat pada tahun 2024 perbankan telah menyalurkan kredit dan pembiayaan sebesar Rp7.827 triliun, tumbuh sebesar 10,39 persen year on year (yoy).

“Perbankan telah menyalurkan kredit dan pembiayaan selama tahun 2024 sebesar  Rp 7.827 triliun tumbuh double digit, yakni sebesar 10,39 persen. Dengan risiko kredit yang terjaga,” kata Mahendra Siregar. Ditambahkan, rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross sebesar 2,08 persen dan rasio NPL net 0,74 persen.

Dia katakan bahwa dari sisi permodalan perbankan, rasio permodalan (capital adequacy ratio/CAR) perbankan mencapai 26,69 persen. “Angka ini tertinggi diantara negara-negara kawasan. Ini merupakan modal bagus sektor jasa keuangan dalam menghadapi guncangan eksternal,” tegasnya.

|Baca juga: OJK Ingin Wujudkan Fair Trade pada Industri Jasa Keuangan

Sementara itu piutang perusahaan pembiayaan tumbuh 6,92 persen menjadi Rp 503,4 triliun. Sedangkan outstanding pembiayaan pinjaman daring atau fintech peer to peer lending tercatat sebesar Rp77,02 triliun, atau tumbuh sebesar 29,14 persen yoy.

Di sisi lain, pembiayaan buy now untuk produk pay later yang dilakukan oleh perbankan dan perusahaan pembiayaan, masing-masing tercatat sebesar Rp22,12 triliun dan Rp6,82 triliun atau  tumbuh 43,76 persen dan 37,6 persen. Pembiayaan pergadaian mencapai Rp88,05 triliun atau tumbuh 26,5 persen yoy.

Mahendra juga menyampaikan bahwa penghimpunan dana di pasar modal melampaui target  Rp200 triliun, dengan pencapaian sebesar Rp258,24 triliun. Adapun emiten yang melakukan penawaran mencapai 199 penawaran umum, sedangkan penawaran paling banyak  dari sektor keuangan yakni sebesar 39 persen. “Permintaan investor pasar modal meningkat enam kali lipat dalam kurun waktu lima tahun, dengan jumlah investor mencapai 14,87 juta per Desember 2024,” tuturnya.

Editor: S. Edi Santosa

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Zurich Topas Life Luncurkan ZIAP, Produk Asuransi Dwiguna
Next Post IHSG Terus Meluncur ke Bawah di Akhir Perdagangan Selasa

Member Login

or