Swiss Re Institute dalam sigma No. 2/2024 bertajuk “Life Insurance in The Higher Interest Rate Era: Asset-Savvy is the New Asset-Light” menyatakan bahwa tren kenaikan suku bunga ke level tertinggi dalam 15 tahun terakhir akan secara signifikan meningkatkan profitabilitas industri asuransi jiwa. Tingkat suku bunga yang lebih tinggi di seluruh dunia berpotensi mengubah prospek pertumbuhan dan profitabilitas asuransi jiwa.
Produk tabungan menarik bagi konsumen setelah satu dekade mengalami permintaan yang lemah dan rendahnya keuntungan. Negara-negara maju diperkirakan akan menghasilkan 61 persen dari premi tabungan tambahan pada 10 tahun ke depan, sedangkan 39 persennya berasal dari negara-negara berkembang.
Group Chief Economist Swiss Re, Jérôme Jean Haegeli, mengatakan bahwa suku bunga yang lebih tinggi merupakan sebuah terobosan, memberikan produk asuransi jiwa dan dana pensiun sebagai penarik untuk mengatasi tantangan tabungan pensiun akibat demografi penuaan dengan lebih baik.
“Produk tabungan kembali menarik sebagai konsekuensi langsung normalisasi suku bunga. Hasil investasi yang lebih tinggi juga menguntungkan produk perlindungan jangka panjang,” jelasnya, Senin, 27 Mei 2024.
Dalam studi sigma terbarunya tersebut, Swiss Re Institute memperkirakan tambahan premi tabungan asuransi global mencapai US$1,5 triliun selama 10 tahun mendatang, seiring dengan perpindahan konsumen untuk membeli produk lifesavings yang menjamin pendapatan pensiun yang lebih tinggi.
Alhasil, total premi asuransi jiwa global diperkirakan akan tumbuh hingga US$4 triliun pada tahun 2034. Kondisi ini berbanding terbalik saat dekade suku bunga rendah pada 2010-2019 di kala premi asuransi jiwa global hanya tumbuh sebesar US$300 miliar.
CEO Life & Health Reinsurance Swiss Re, Paul Murray, mengatakan bahwa suku bunga yang lebih tinggi memberi konsumen pilihan yang lebih menarik untuk mengamankan pendapatan pensiun mereka. “Kami melihat pertumbuhan pasar yang sangat positif bagi asuransi jiwa untuk memenuhi kebutuhan ini,” jelasnya.
Menurutnya, suku bunga yang lebih tinggi juga memungkinkan perusahaan asuransi untuk memenuhi kebutuhan belanja modalnya. Perusahaan reasuransi jiwa dapat mendukung perusahaan asuransi jiwa dengan membebaskan modal, meningkatkan kapasitas underwriting, dan fokus pada inovasi produk untuk pertumbuhan modal yang rendah.
Di sisi lain, imbal hasil obligasi pemerintah yang jauh lebih tinggi saat ini juga berpotensi meningkatkan hasil investasi dan margin anuitas tetap perusahaan asuransi jiwa. Pada kurun 2022 hingga 2027, Swiss Re Insititue memperkirakan hasil operasional perusahaan asuransi di delapan pasar asuransi jiwa terbesar di dunia yang meliputi AS, Inggris, Jerman, dan Jepang, akan meningkat lebih dari 60 persen seiring peningkatan pendapatan investasi sebesar 40 persen.
Meski memberikan potensi cuan besar, meningkatnya suku bunga juga cenderung meningkatkan lapse rate pemegang polis, sekaligus meningkatkan tekanan terhadap harga aset. Dalam skenario ekstrim, hal ini dapat menyebabkan masalah likuiditas atau solvabilitas pada perusahaan asuransi. Lapse rate tercatat telah meningkat di pasar-pasar utama sejak tahun 2020, tetapi pemodelan Swiss Re Insitute menunjukkan puncak risiko lapse telah berlalu.
Selain itu, kenaikan suku bunga juga meningkatkan risiko kredit di sektorsektor seperti real estate komersial tetapi dengan rata-rata eksposur perusahaan asuransi jiwa yang dinilai dapat dikelola.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News