Salah satu pendapatan dari perusahaan asuransi adalah hasil investasi. Perusahaan asuransi melakukan investasi dari hasil pendapatan premi, yang dibayarkan oleh nasabah atau tertanggung (insured) kepada perusahaan asuransi. Harapannya adalah hasil investasi nantinya dapat membayar kalau terjadi tuntutan ganti rugi atau klaim dari tertanggung.
Dalam iklim investasi portofolio seperti sekarang ini, perusahaan-perusahaan asuransi mengalami perubahan-perubahan yang tidak menentu dalam melakukan investasinya. Bahkan, menurut perusahaan manajemen investasi BlackRock yang berpusat di kota New York, Amerika Serikat, perusahaan-perusahaan asuransi menghadapi profitabilitas yang semakin tertekan dan mereka terdorong untuk melihat investasi portofolionya sebagai komponen penting dalam profitabilitas mendatang. Hal ini merupakan suatu kesimpulan survei yang dilakukan BlackRock bekerjasama dengan Economist Intelligence Unit (EIU), sebuah lembaga riset dari mingguan The Economist, terbitan London, Inggris.
EIU atas nama BlackRock melakukan survei terhadap 300 senior eksekutif asuransi dan reasuransi global, yang mengelola aset 9,7 triliun dolar AS. Survei dilakukan pada Juli 2017. Ini merupakan survei global tahun keenam yang dilakukan perusahaan BlackRock.
Hasil survei global mengenai investasi perusahaan asuransi dan reasuransi ini menunjukkan bahwadua-pertiga perusahaan asuransi dan reasuransi setuju perlunya meninjau kembali investasi portofolio, merupakan hal penting untuk mempertahankan atau memperbaiki profitabilitas bisnis mereka di masa depan. Lebih dari dua-perlima (41 persen) para eksekutif asuransi dan reasuransi mengungkapkan mereka didorong untuk mendapatkan hasil lebih besar dari investasi untuk profitabilitas perusahaannya secara keseluruhan.
Terkait dengan menurunnya suku bunga dan marginunderwriting yang menipis, menurut survei ini perusahaan-perusahaan asuransi melakukan beberapa langkah untuk meningkatkan pendapatan dan memotong biaya di tahun-tahun yang lalu dan langkah-langkah tersebut tampaknya cukup membantu. Misalnya, hampir separuh dari responden survei ini (44 persen) mengungkapkan bahwa tidak ada perubahan pada profitabilitas selama lima tahun terakhir ini, meskipun kesulitan dihadapi oleh industri asuransi. Untuk mencapai ini semua, eksekutif asuransi dan reasuransi mengakui bahwa mereka terutama memfokuskan diri pada underwriting dan perubahan-perubahan operasional.
Tetapi, dua pertiga eksekutif asuransi dan reasuransi yang disurvei (66 persen) yakin bahwa memikirkan atau meninjau kembali investasi portofolionya akan merupakan hal penting untuk memperbaiki profitabilitas perusahaannya di masa mendatang. Ini merupakan perubahan besar. Karena pada survei tahun lalu, hanya 28 persen respoden yang bertumpu pada hasil investasi yang tinggi sebagai hal penting untuk profitabilitas perusahaannya.
Sebagian besar dari responden surveiini (84 persen) mengatakan dengan merangkul pasar swasta atau aset alternatif akan merupakan hal penting dalam memperbaiki hasil investasi portofolio mereka. Sedangkan hampir 70 persen responden mengungkapkan mereka melihat masih ada ruang yang signifikan untuk memperbaiki manajemen risiko portofolio dan efisiensi modal mereka.
Alokasi aset perusahaan asuransi dan reasuransi yang disurvei cenderung untuk pindah dari fixed incomes instrument. Hanya sembilan persen dari responden yang ingin menaikkan investasinya di obligasi pemerintah pada 2017, dibandingkan dengan 47 persen responden pada 2016.
Risiko geopolitik sebagai risiko makro yang dianggap serius oleh eksekutif asuransi dan reasuransi dalam suvei ini dipilih oleh 71 persen pada 2017 ini, padahal pada 2016 risiko ini hanya dipilih oleh 51 persen responden. Dan, regulatory risk juga merupakan salah satu hal penting yang dihadapi industri asuransi dalam survei ini, sebagaimana dikatakan oleh hampir dua-pertiga atau 64 persen responden.
Baik perusahaan manajer investasi BlackRock maupun lembaga riset Economist Intelligent Unit, merupakan organisasi bisnis dan lembaga yang kredibilitasnya tinggi. Kita dapat belajar dari hasil survei mereka. Mucharor Djalil
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News