Terlalu sibuk dengan aktivitas bisnis terkadang membuat manusia larut dan lupa bahwa ada unsur lain dalam hidup ini yang berhubungan dengan kerohanian. Menjadi dambaan setiap orang, menjalani hidup dengan kondisi sehat jasmani dan sehat rohani. Mengunjungi tempat wisata tertentu dapat menyegarkan pikiran. Namun, ada wisata yang dapat menyegarkan pikiran serta jiwa, yakni wisata religi dengan mengunjungi tempat-tempat yang menggugah iman. Hal ini berlaku bagi siapa saja, tak terkecuali bagi para eksekutif asuransi, bahwa wisata religi penting dilakukan sebagai penyeimbang antara urusan dunia dan akhirat.
Setiap agama tentu memiliki tempat-tempat yang dianggap suci atau bersejarah. Seperti Mekah dan Madinah bagi umat Islam, Yerusalem bagi umat Kristiani, ataupun Buddhist Pilgrimage untuk yang beragama Budha. Semua tempat itu tentu memiliki aura khusus bagi masing-masing yang memegang keyakinan tersebut. Bukan saja aura yang khas jika mengunjungi tempat-tempat itu, namun juga sebagai pelepas dahaga spiritual yang dapat berdampak pada ketenangan jiwa. Hal ini berbeda dengan jika mengunjungi tempat wisata biasa yang hanya dapat menyegarkan pikiran dan mendapatkan kesenangan sementara.
Ada beberapa manfaat yang dirasakan seseorang dengan wisata religi, seperti lebih mengingat kematian, hingga sadar bahwa hidup ini tidak abadi. Dapat juga sebagai filter seseorang agar tetap berada pada jalur yang benar dalam menjalankan bisnis. Hal ini yang dirasakan oleh Direktur Pemasaran PT Asuransi Intra Asia Bambang P Nugroho saat melakukan umroh ke Tanah Suci. Kepada Media Asuransi, Bambang menuturkan selain untuk ibadah, perjalanan ke Mekah dan Madinah itu juga mengingat-ingat kembali sejarah perjuangan Nabi dalam menjalankan dakwahnya kepada umat. “Dengan sendirinya, hati akan tersentuh dan terharu saat menyaksikan jejak-jejak Rasul dalam menyampaikan risalah,” ungkapnya.
Bukan saja Mekah dan Madinah, tempat untuk menambah khazanah keislaman, Bambang juga pernah mengunjungi Blue Mosque di Turki. Masjid yang juga disebut Masjid Sultan Ahmed ini merupakan bangunan gabungan dua gaya arsitektural yaitu Byzantium dan arsitektural khas Islam dengan enam menara megah, kubah berdiameter 23,5 meter, tinggi kubah 43 meter, dan kolom beton berdiameter lima meter.
Setelah masjid ini dibangun, Sultan Ahmed mendapat kritikan keras karena jumlah menaranya sama seperti menara Masjidil Haram di Mekah. Menanggapi kritikan tersebut, Sultan Ahmed mengutus arsiteknya ke Mekah dan mendanai pembangunan menara ketujuh di Masjidil Haram. Dinamakan Masjid Biru, karena tempat ibadah ini dihiasai ornamen yang didominasi warna biru, termasuk ribuan keping keramik biru dari daerah Iznik sebagai penghasil keramik nomor satu di Turki. Masjid ini sebagai contoh rancangan klasik dari abad ke-16.
Selain ke berbagai negara, Bambang juga melakukan wisata religi secara domestik. Yaitu mengunjungi beberapa tempat di tanah air, seperti ziarah ke makam-makan para sunan atau wali. Bambang mengaku kalau untuk sekitar kampung halamannya di Surabaya, dia sudah mengunjungi semua makam wali di sana, seperti makam Sunan Ampel, makam Sunan Bungkul, dan lainnya.
Dalam berwisata religi ini, Bambang sering mengajak sanak keluarganya. Sekaligus mengajarkan kepada anak-anaknya untuk berziarah pada makam-makam ulama. Bukan saja untuk sekadar berdoa, tapi juga memperkenalkan pada mereka para sosok yang berjasa dalam penyebaran Islam pada masanya. Di tempat-tempat itu, lanjutnya, sudah pasti penuh dengan nuansa religi yang menambah kesadaran terhadap keagungan Illahi. Karena di sana yang kita ingat adalah semata mata hubungan manusia dengan Sang Pencipta. “Ingat, di sana kita bukan melakukan perbuatan syirik. Karena meminta hanya kepada Allah SWT, bukan kepada yang dikubur. Apa saja yang diminta? Ya, tergantung dari apa hajat kita. Terutama untuk ketenangan hati dan kelancaran berbisnis” ungkap Bambang.
Selain untuk ketenangan jiwa, melakukan wisata religi bagi Bambang juga sebagai penyeimbang. Karena dalam kesibukannya sebagaimana manusia biasa juga sering lupa akan sang pencipta. Dengan mengunjungi tempat-tempat sakral tersebut, dirinya kerap kali merasa terarahkan dalam menjalankan bisnis. “Saya ini ‘kan di marketing. Ketemu banyak orang. Jadi memang harus ada balance sebagai pagar menjaga dari hal-hal yang dilarang. Iman harus diperbarui terus. Salah satu caranya dengan terus mengunjungi tempat-tempat, di mana kita bisa merasa lebih dekat dengan Allah SWT,” tandasnya.
Selain Bambang, perasaan yang sama juga dialami oleh Komisaris PT Sunlife Financial Indonesia Choky Leonard Tobing, saat mengunjungi tempat-tempat yang berhubungan dengan sejarah keagamaan sesuai agamanya Nasrani. Mengunjungi berbagai destinasi keagamaan tersebut, dia didampingi guide tour yang selalu siap sedia di setiap lokasi.
Kepada Media Asuransi, Choky mengaku dirinya bersama keluarga pernah mengunjungi tempat Kudus agama Nasrani di Israel. Pria yang juga pengurus Indonesia Senior Executive Association (ISEA) ini menceritakan untuk masuk ke wilayah Israel itu harus melalui negara Turki terlebih dahulu. “Setiba di sana, perasaan ini mengalami suka cita luar biasa,” ucapnya.
Namun begitu, Choky menyarankan bagi umat Nasrani yang akan melakukan ziarah ke Yerusalem, lebih baik terlebih dahulu banyak membaca Alkitab untuk lebih menyerap fakta-fakta suci di tempat tersebut. “Dengan pengetahuan dari Alkitab, tentu akan mengetahui jalan ceritanya dari awal hingga akhir. Sehingga, akan lebih terasa lagi secara kerohanian, jika telah berada langsung di lokasi yang disebutkan,” ungkap Choki.
Di negara Ehud Barak ini, Choky mengunjungi semua tempat bersejarah yang diketahuinya. Mulai dari Kota Nazaret di Israel Utara, Bukit Golgota tempat Yesus disalib dan dikuburkan, Taman Eden, Sungai Tiberias, dan tempat-tempat bersejarah lainnya. Bersama istri dan anaknya, Choky juga menyempatkan diri singgah di kota tertua di dunia, yaitu Kota Jericho.
Namun yang sangat menyentuh hati di antara tempat-tempat itu adalah saat menginjakkan kaki di Tanah Perjanjian yang penuh dengan kisah-kisah religius. “Setiap orang itu sebenarnya berbeda beda ketersentuhan dan emosional hatinya dalam mengunjungi tempat-tempat ini. Ada saat di tempat Yesus disalib, ada waktu di Tanah Perjanjian, atau tempat lainnya. Tergantung di tempat mana dia memahami kisah tempat tersebut dari Alkitab yang dibaca,” ujarnya.
Selain ke Israel, Choky juga mengunjungi Mesir untuk menelusuri kisah Musa dan bangsa Israel. Di tempat itu, dirinya merenungi bagaimana Musa saat dihanyutkan di Sungai Nil oleh orangtuanya agar terhindar dari kekejaman Fir’aun. Di Mesir ini Choky mengaku dirinya sangat menghayati dengan detil bagaimana kuasa Tuhan terhadap Musa yang dikejar-kejar oleh Fir’aun dan diselamatkan di lautan yang luas, yaitu Laut Merah.
Bukan saja ke Israel dan Mesir, petualangan religi Choky juga sampai merambah ke Yordania untuk dibaptis di Sungai Yordan. Tempat ini dipercaya oleh umat Kristiani sebagai lokasi Yesus Kristus datang kepada Yohanes Pembaptis untuk dibaptiskan dan menjadi tanda permulaan pelayanan-Nya. Setelah dibaptis, Yesus pergi ke padang gurun dan berpuasa selama 40 hari 40 malam. Di tempat itu Yesus sempat digoda oleh iblis sebanyak tiga kali, namun setiap godaan yang menimpa Yesus selalu mengalahkan setiap ujian yang dihadapi.
Choky menambahkan, dengan melakukan wisata religi ini, semua persoalan yang ada akan terasa nikmat dalam menjalankannya. Ini juga menjadi salah satu solusi dalam menghadapi setiap permasalahan dalam kehidupan. Berbeda jika hanya melakukan tur yang lazim dilakukan orang pada umumnya. “Kalau tur ‘kan biasa saja. Untuk senang-senang saja,” paparnya.
Tapi wisata religi ini, lanjut dia, selain kita bersenang-senang namun lebih ke nuansa menggugah iman. Menurutnya, di sana yang tidak ketinggalan adalah melakukan ritual ibadah. Bangun pagi pagi, puji-pujian dulu, berdoa, bersyukur kepada Tuhan. Baru sarapan dan melanjutkan perjalanan. “Dari situ, diri ini menyadari bahwa manusia itu tidak ada apa-apanya di permukaan bumi ini. Jadi pada waktunya, keluarga kita sendiripun bukan milik kita, apalagi harta kekayaan. Artinya, apa yang ada saat ini, sifatnya hanya sementara. Hidup ini juga perlu penyeimbang antara hari ini dan hari akhir nanti. Bagi para eksekutif asuransi, menurut saya penting untuk menjadwalkan perjalanan keagamaannya. Sebelum berniat hanya jalan-jalan ke Jepang, Eropa, atau tempat lainnya,” pesan Choky. B. Firman
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News