Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) akan mengadakan acara Digital and Risk Management in Insurance (DRiM) pada 22-23 Februari 2018 di Bali. Rangkaian kegiatan ini akan diikuti dengan seminar dan pameran. Dalam acara ini, perwakilan dari pemerintah, regulator, pelaku asuransi jiwa dan para ahli teknologi dan digital akan berbagi mengenai perkembangan teknologi digital dan manajemen risiko.
Acara yang baru kali pertama digelar AAJI ini secara resmi dibuka oleh Ketua Umum AAJI Hendrisman Rahim dan Ketua Panitia DRiM Christine Setyabudi saat jumpa wartawan di Rumah AAJI pada 24 Januari lalu. Sekaligus secara bersamaan juga dimulainya Hackathon Start-up Competitions bekerja sama dengan Purwadhika Start-up and Coding School yang diadakan di Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan.
Inisiatif AAJI ini bertujuan untuk merespons cepatnya perkembangan teknologi digital, khususnya dalam hubungan perusahaan dengan konsumen, percepatan ragam proses bisnis dan penyebaran informasi, sekaligus membantu meningkatkan dan memajukan penetrasi asuransi jiwa di tanah air.
Mengutip data “Digital in 2017: Southeast Asia” dari We Are Social dan Hootsuite (2017), dari sekitar 262 juta populasi di Indonesia, 50 persen di antaranya atau sekitar 132,7 juta jiwa adalah pengguna internet, 106 juta jiwa merupakan pengguna aktif media sosial, serta 92 juta jiwa pengguna aktif media sosial melalui aplikasi mobile. Hal ini memperlihatkan tingginya kebutuhan masyarakat terhadap informasi dan respons real time secara cepat dan tepat, serta keinginan mereka mendapat kemudahan akses dan layanan dimana pun dan kapanpun.
Hendrisman Rahim mengatakan bahwa fenomena perkembangan teknologi digital sudah tidak dapat disikapi oleh industri dengan reaktif. Teknologi tidak hanya mengubah perilaku individu dalam melakukan kegiatan sehari-hari, namun juga mengubah perilaku pelaku bisnis dalam menjalankan usaha. Melalui kegiatan ini AAJI berkomitmen untuk terus mendukung program literasi dan inklusi keuangan dari pemerintah dan OJK. “Selain itu juga mendorong para pelaku industri asuransi jiwa agar lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan perkembangan teknologi, termasuk dalam hal manajemen risiko yang harus terus dikembangkan,” tambahnya.
Christine Setyabudi menambahkan bahwa DRiM merupakan kegiatan perdana atas inisiasi AAJI didukung oleh para pelaku industri asuransi jiwa yang memiliki tujuan sama dalam menjawab cepatnya perkembangan teknologi digital dan pengaruhnya pada industri. “Dengan saling mendukung dan bekerjasama ini, AAJI yakin dapat memberikan aksi nyata pada kemajuan industri asuransi jiwa. Kita tahu, Indonesia merupakan negara kedelapan terbesar dalam penggunaan internet. Potensi ini sudah seyogyanya dimaksimalkan termasuk mampu mengatasi risiko yang terdapat di dalamnya,” tuturnya.
Dia jelaskan, kegiatan ini membidik para partisipan yang akan mendapat 40 Poin Manajemen Program Manajemen Risiko Asuransi dari Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia (AAMAI) dan satu poin pengembangan profesional berkelanjutan (Continuous Professional Development/CPD) dari AAJI untuk agen asuransi jiwa yang hadir dalam pameran.
Hackathon Start-up Competitions AAJI secara resmi dibuka oleh Kepala Departemen Hubungan Internasional AAJI Nelly Husnayati. Kegiatan yang diikuti oleh 35 peserta itu akan mempresentasikan ide dan karyanya terkait web dan aplikasi digital terkait proteksi asuransi jiwa. Dalam sambutannya Nelly mengungkapkan rasa sukanya ada kegiatan yang melibatkan banyak anak muda ini. Dia memaparkan secara ringkas mengenai industri asuransi jiwa kepada para peserta yang hampir semuanya merupakan generasi milenia. Acara Hackaton ini merupakan rangkaian dari seminar AAJI yang akan diadakan di Bali pada 22-23 Februari mendatang dengan mendatangkan para pembicara dari dalam dan luar negeri.
“Keterlibatan anak muda generasi Now sangat dibutuhkan di era digitalisasi ini, termasuk oleh industri keuangan khususnya industri asuransi. Melalui acara ini diharapkan ada inovasi program-program baru yang akan diciptakan sehingga bisa membantu mempermudah layanan asuransi kepada pemegang polis. Dan, yang terpenting kalian generasi milenia juga tetap perlu asuransi agar kehidupan hingga hari tua nanti tetap terjamin,” ujar Nelly. S. Edi Santosa/W. Widiastuti
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News