Di masa pandemi Covid-19 ini, saluran distribusi bancassurance menjadi penggerak utama dalam pertumbuhan premi bisnis baru dalam industri asuransi jiwa, dibandingkan jalur distribusi lainnya. Hal ini ditunjukkan dalam data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) pada kinerja industri asuransi jiwa kuartal I/2021.
Adapun total pendapatan premi mengalami pertumbuhan sebesar 28,5 persen year on year (yoy) dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya. Totalnya sendiri mencapai Rp57,45 triliun di kuartal I tahun ini, meningkat dari Rp44,72 triliun pada periode yang sama tahun lalu,” ungkap Ketua Dewan Pengurus AAJI, Budi Tampubolon, dalam konferensi pers kinerja asuransi jiwa kuartal I/2021 secara daring baru baru ini.
Menurut Budi, pada kuartal I/2021, total pendapatan premi bisnis baru tercatat Rp37,04 triliun, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp14,58 triliun. Total pendapatan premi bisnis baru senilai Rp37,04 triliun tersebut merupakan sumber pendapatan terbesar atau setara 59 persen dari total pendapatan perusahaan yang bernaung di bawah AAJI.
“Menariknya, pertumbuhan total premi ini lebih banyak didorong oleh peningkatan premi yang massif dari saluran distribusi bancassurance. Pertumbuhan dari saluran distribusi yang memanfaatkan kerja sama antara perbankan dan asuransi ini sekitar 55 persen dari periode sebelumnya. Dan hebatnya, bancassurance memiliki kontribusi lebih dari separuh dari total premi yang didapatkan di kuartal pertama tahun ini. Tepatnya sekitar 53 persen,” ujarnya.
Pada kesempatan itu Budi juga memaparkan bahwa dari sisi produk, yang paling banyak mendorong kenaikan pendapatan premi adalah produk unitlink. “Kami menduga bahwa kenyataan market investasi kita saat ini dengan tingkat bunga deposito turun sangat signifikan dibanding tahun lalu, 50 persen atau 40 persen, mendorong sebagian masyarakat mulai mencari cara bagaimana lagu menginvestasikan dananya,” jelasnya.
Produk unitlink, lanjut Budi, sesungguhnya adalah produk asuransi yang menjanjikan proteksi asuransi, tapi produk unitlink ini juga memiliki fitur investasi. “Jadi, sebagian masyarakat mungkin mempersepsikan produk unitlink sebagai alternatif investasi di tengah pandemi ini, di saat tingkat bunga deposito rendah,” paparnya.
Ketua Bidang Keuangan, Pajak dan Investasi AAJI, Simon Imanto, menjelaskan klaim dan manfaat di kuartal pertama 2021 mencapai Rp47,68 triliun. Angka tersebut lebih besar 23,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yang mencapai Rp38,6 triliun.
AAJI juga menjelaskan komitmennya dalam mendukung penanganan pandemi di Indonesia. Dalam periode Maret 2020 hingga Februari 2021, jumlah polis dengan klaim Covid-19 tercatat mencapai 24.997 polis dengan total klaim senilai Rp1,46 triliun. Dari jumlah ini, 87,41 persen diantaranya memiliki status klaim sudah selesai senilai Rp1,28 triliun. Sedangkan 12,59 persen lainnya masih berstatus dalam proses klaim senilai Rp184,37 miliar.
Sementara itu, dari laporan pembayaran klaim dan manfaat, AAJI menjelaskan bahwa total nilai tebus (surrender) menunjukkan kenaikan signifikan menjadi Rp28,54 triliun di kuartal I/2021, meningkat jika dibandingkan Rp21,85 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Menurutnya, ini terjadi akibat peningkatan kebutuhan masyarakat akan uang tunai sehari-hari.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Bidang R&D, Pelaporan dan IT AAJI, Edy Tuhirman, menilai bahwa meski kerugian terjadi pada periode sama di tahun lalu, namun banyak pihak menilai bahwa kondisi force majeur pandemi yang menekan perekonomian sebagai faktor utamanya. Edy meyakini bahwa pertumbuhan investasi di kuartal I/2021 ini mengindikasikan awal pulihnya perekonomian kita dari tekanan pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak Maret tahun lalu.
“Perlu dicatat bahwa indikasi pulihnya ekonomi saat ini merupakan momentum yang tidak dapat bertahan selamanya. Secara makro kami melihat bahwa keyakinan berasuransi masyarakat ada kaitannya dengan pemulihan ekonomi makro dan penanganan virus itu sendiri. Dan secara mikro, semua perusahaan anggota AAJI akan selalu meningkatkan literasi. Sembari meningkatkan tata kelola organisasi, baik dari sisi kinerja investasi maupun business process asuransi lainnya,” ujarnya. Wahyu Widiastuti
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News