PT Reasuransi MAIPARK Indonesia bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan pemasangan instrumen borehole seismometer di kompleks gedung PT Asuransi Wahana Tata (ASWATA) Jakarta, tanggal 27 Agustus 2019. Borehole ini merupakan alat ketujuh dan yang terakhir dipasang untuk wilayah Jakarta. Sebelumnya juga telah ditanam borehole seismometer di beberapa titik di sekitar Jabodetabek. Alat ini dipasang untuk merekam aktivitas Sesar Baribis-Kendeng yang membentang dari Timur hingga Barat Pulau Jawa, salah satu potongan atau segmennya diduga melintas di area Jakarta.
Berdasar hasil riset Kolali tahun 2016 dan Pusat Survei Badan Geologi yang memodelkan segmen Sesar Baribis ini, lokasinya diperkirakan berjarak sekitar 10 kilometer di Selatan Jakarta. Selain itu, wilayah cekungan Jakarta juga diapit oleh Patahan Cisadane di bagian Barat dan Patahan Bekasi di sisi Timur.
Menurut Direktur Utama PT Reasuransi MAIPARK Indonesia Ahmad Fauzie Darwis, beberapa kejadian gempa tektonik yang mengguncang beberapa wilayah seperti di Majalengka, Kuningan, dan Cirebon pada 25 Juni 2019 dini hari, disinyalir akibat aktivitas Sesar Baribis. Berdasar analisa Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), episenter gempa ini terletak di lereng Utara Gunung Ciremai pada koordinat 6,867 Lintang Selatan dan 108,396 Bujur Timur, tepatnya berada di darat pada jarak 15,8 km arah barat laut Kuningan dengan kedalaman enam kilometer.
Ditinjau dari lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, tampak bahwa gempa yang terjadi merupakan jenis gempa kerak dangkal atau shallow crustal earthquake yang dipicu sesar aktif. Hal ini dikuatkan dengan data bahwa lokasi pusat gempa ini memang merupakan jalur Sesar Baribis tepatnya Segmen Ciremai. Walau demikian, keberadaan Sesar Baribis hingga saat ini masih perlu penelitian lebih dalam.
Pemasangan instrumen borehole seismometer, lanjut Fauzie Darwis, bertujuan untuk memperoleh data primer digital yang telah dikompilasi dan diolah, sehingga menambah database kebencanaan MAIPARK. Tujuan kedua adalah untuk memperoleh dokumentasi kajian ilmiah sebagai sumber rujukan informasi dan pengetahuan untuk mensinergikan informasi riset tersebut kepada industri asuransi dalam bahasa yang lebih mudah dipahami. Sedang ketiga untuk memperoleh pemahaman risiko gempa bumi di DKI Jakarta yang lebih baik dan pengaruhnya terhadap kecukupan premi asuransi gempa. “Pemantauan gempa mikro yang menunjukkan suatu sesar itu aktif atau tidak, sangat perlu dilakukan dengan tepat. Monitoring gempa mikro di DKI Jakarta dan sekitarnya dilakukan dengan memasang borehole seismometer di sekitar sesar yang diharapkan akan teridentifikasi dengan baik,” paparnya.
Dia menambahkan, MAIPARK punya kewajiban untuk memberikan informasi terkait keaktifan Sesar Baribis kepada masyarakat, termasuk ke kalangan industri asuransi. Oleh karena itu, MAIPARK menggandeng ITB yang memiliki kompetensi, untuk mendapat kejelasan mengenai ancaman gempa serta keberadaan Sesar Baribis dan keaktifan sumber gempa di wilayah Jakarta. “Pemantauan dilakukan melalui pengamatan mikroseismik melalui pemasangan alat borehole seismometer. Ini upaya mitigasi untuk meminimalkan dampak gempa, sehingga kita tetap aman dan nyaman meski berada di daerah rawan gempa. Apalagi gempa di Indonesia adalah suatu keniscayaan, karena terletak di antara kawasan cincin api,” tutur Fauzie.
Menurut dia, hingga saat ini belum ada pengamatan terbaru di lapangan terhadap dugaan sumber gempa tersebut. Terutama mengenai ada atau tidaknya aktivitas seismik dari potensial area ini. “Dengan selesainya rangkaian pemasangan borehole seismometer ini maka secara resmi penggunaan atau pengoperasian dapat dilakukan sehingga mitigasi terhadap keaktifan Sesar Baribis juga dapat terdeteksi,” jelasnya.
Sementara itu Deputi Komisioner Pengawas IKNB II Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mochamad Ichsanudin mengungkapkan apresiasinya kepada MAIPARK atas kerja samanya dengan ITB dalam upaya mengindetifikasi potensi gempa di Jakarta. “Apalagi ada pengalaman, di tahun 1699 itu terjadi gempa besar di Jakarta. Upaya ini adalah hal positif dalam rangka meningkatkan literasi dan inklusi dari segi underwriting perasuransian, agar dapat menjadi lebih baik,” tutur Ichsanuddin. B. Firman
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News