1
1

Kontribusi Distribusi Keagenan Cigna Melonjak Tajam

    PT Cigna Asuransi Indonesia (Cigna Indonesia) meyakini akan mencetak pertumbuhan signifikan untuk kanal distribusi keagenan sepanjang tahun ini. Hal itu didukung semakin masifnya layanan digital serta penetrasi para flying agent Cigna Indonesia ke berbagai daerah di pelosok Tanah Air. “Kami optimistis, hingga akhir tahun nanti pertumbuhan keagenan mencapai 40 persen. Makanya, kami yakin peringkat kami di AAJI akan terus meningkat,” ujar Director and Chief Distribution Officer Cigna Indonesia Dini Maharani seusai menghadiri acara Top Agent Award Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (TAA-AAJI) di Solo, Jawa Tengah, 10 Agustus 2019.

     Dini memaparkan bahwa atas kinerja tahun lalu, Cigna Indonesia meraih peringkat ke-22 di ranking AAJI, atau naik dari tahun 2017 di posisi ke-25. Pencapaian itu ikut didongkrak kenaikan pendapatan premi dari keagenan. Cigna memulai kanal distribusi keagenan sejak 2015 untuk melengkapi kanal distribusi telemarketing dan kanal distribusi affinity marketing (mitra institusi keuangan dan nonkeuangan). Kontribusi dari kanal ini meningkat tajam setelah pada awal 2017 memperkuat agen-agennya dengan aplikasi digital yang dikenal dengan e-apps. Inovasi layanan aplikasi digital ini memang diluncurkan untuk mendukung pertumbuhan bisnis keagenan.

    Lebih lanjut dijelaskan bahwa aplikasi digital itu didesain untuk membantu agen mengenali dan menganalisa kebutuhan finansial nasabah. Agen dapat memberikan rekomendasi produk asuransi yang sesuai tujuan keuangan nasabah. Nasabah dapat mengetahui ilustrasi produk yang akan mereka beli, termasuk jumlah premi dan benefit yang akan mereka peroleh. Selain itu, pengajuan asuransi juga dapat dilakukan lewat aplikasi yang terintegrasi dengan sistem Cigna Indonesia.

    Lewat e-apps itu, proses pengajuan asuransi menjadi sangat cepat. Agen dapat menjual produk Cigna Indonesia di mana saja dan kapan saja. “Tidak ada lagi hard copy yang membuat agen bolak-balik ke kantor pusat. Lewat e-apps, pengajuan langsung ditandatangani calon nasabah lewat tablet yang dibawa agen dan langsung terkirim ke kantor pusat, masuk ke proses underwriting,” papar Dini. Dengan cara ini penerbitan polis jauh lebih cepat dibandingkan dengan cara lama yang masih memakai hard copy.

   Dini Maharani melanjutkan, layanan e-apps itu juga sangat menolong para flying agent yang menjadi ‘agen spesial’ Cigna. Mereka dapat menjangkau daerah-daerah lain dengan cepat. Menurut dia, flying agent mirip sniper di dunia militer. Mereka memiliki tugas khusus dengan pencapaian target jitu. Performa pencapaian flying agent Cigna yang jumlahnya sekitar 40 orang itu mencapai 85 persen. Sekitar 35 persen dari pendapatan premi bisnis baru Cigna dari kanal distribusi keagenan.

     Berdasarkan catatan, tahun lalu, pendapatan premi bruto Cigna Indonesia dari kanal distribusi keagenan sebesar Rp93,87 miliar. Cigna meraih rata-rata pertumbuhan tiap tahunnya di kanal distribusi ini sebesar 57,05 persen. Tahun 2017, pendapatan premi bruto atau total Gross Written Premium (GWP) keagenan sebesar Rp75,48 miliar dan tahun 2016 senilai Rp39,73 miliar. Kontribusi dari kanal keagenan terhadap GWP mencapai 8,2 persen, padahal dua tahun sebelumnya baru tiga persen. Pada kuartal pertama tahun ini, pendapatan premi bruto dari keagenan mencapai Rp19,53 miliar.

   Menurut Dini, dengan flying agent, pihaknya tidak perlu memiliki banyak kantor pemasaran dan itu artinya mengurangi pengeluaran bagi perusahaan. Sepanjang tahun ini, Cigna Indonesia sama sekali tidak ekspansi untuk penambahan jaringan kantor karena fokus pada penguatan platform digital. “Tapi tahun depan kami akan buka satu atau dua kantor sebagai branding Cigna,” ujar dia.

    Dini menjelaskan, khusus penguatan di bisnis digital, pihaknya menggandeng sejumlah portal aggregator untuk memasarkan produk asuransi Cigna. Termasuk menggandeng broker asuransi digital. Perseroan menyadari bahwa layanan digital mulai mengubah awareness publik terhadap asuransi. Selama ini ada idiom, produk asuransi bukan produk yang dibeli, melainkan dijual. “Ternyata berangsur-angsur sudah terjadi shifting, masyarakat sudah mencari produk asuransi. Hal ini karena awareness terhadap kesehatan sudah tinggi. Artikel-artikel kesehatan sudah viral ketimbang dulu. Kesehatan sekarang sudah menjadi gaya hidup,” tuturnya. S. Edi Santosa

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Tahun Ini Asuransi Astra Targetkan Revitalisasi 25 PAUD
Next Post APARI Gelar Seminar Asuransi Kredit

Member Login

or