1
1

Penurunan Suku Bunga Acuan BI Diharapkan Menjadi Stimulus Di Tengah Ketidakpastian Global

    Bank Indonesia (BI) menyatakan keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI memangkas suku bunga acuan (BI 7-Day Reverse Repo Rate) dari 6,00 persen menjadi 5,75 persen (basis points/bps) pada pekan ketiga Juli 2019, antara lain disebabkan keyakinan bank sentral bahwa inflasi akan tetap rendah di sepanjang tahun 2019 ini. Selain itu, pemangkasan suku bunga diyakini mendorong stimulus di tengah kondisi ketidakpastian pasar keuangan global dan stabilitas eksternal yang terkendali. Selain memangkas suku bunga acuan, RDG BI juga memotong suku bunga deposit facility dan lending facility masing-masing sebesar 25 bps. Sehingga, suku bunga deposit facility menjadi lima persen dana suku bunga lending facility menjadi 6,50 persen.

    Ke depan, Bank Indonesia akan terus mendorong permintaan domestik termasuk investasi demi memitigasi perlambatan ekonomi dunia. “Strategi operasi moneter tetap diarahkan untuk likuiditas. Kita perlu meyakini eksternal stability tetap ada, sehingga lebih terukur dan lebih pasti,” kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo saat berdiskusi dengan peserta Pelatihan Wartawan Ekonomi yang diselenggarakan BI di Medan, 19 Juli 2019. Dia tambahkan, salah satu pertimbangan dan harapan BI memangkas suku bunga adalah memperbaiki harga saham. “Kalau suku bunga dipangkas pertumbuhan ekonomi membaik, value perusahaan meningkat, harga saham akan naik. Itu membuat minat investor akan meningkat,” jelasnya.

    Dody juga menyatakan ada dua peluang kebijakan moneter akomodatif dalam tahun ini sampai 2020 yang memang memungkinkan diambil oleh BI. Menurut dia, pelambatan ekonomi global disinyalir akan bertahan sampai 2020 bertepatan dengan Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS). Menurut dia, BI menemukan adanya spekulasi pasar bahwa perang dagang adalah strategi melanggengkan Trump ke Pilpres AS pada 2020. “Kalau bisa mengerucut ke suatu titik ini akan berhenti pada saat election Trump itu adalah alat untuk Trump memenangkan Pilpres di sana,” tuturnya.

    Dia tambahkan, perang dagang antara AS dan China telah membuat kedua negara menerapkan tarif yang tinggi. Apalagi pasca-G20 di Osaka, Jepang, belum ada jaminan perang akan berakhir damai. “Ketidakpastian ini membuat kondisi ekonomi global akan lebih melambat dikonfirmasi outlook dari IMF. Dan, semester kedua akan terjadi kondisi yang lebih menurun,” tambahnya.

    Menurutnya, kondisi perang dagang yang melemahkan Indonesia sebagai rekan dagang China, juga berimbas di negara lain. Dia mengklaim dampak penurunan ekspor dan impor terjadi di negara maju maupun negara berkembang. “Permintaan memang berkurang karena demand global turun. Ini membuat investasi melambat di negara maju dan berkembang,” tandasnya.

    Bank Indonesia mengantisipasi kemungkin perlambatan ekonomi global, salah satunya dengan penurunan suku bunga acuan. Menurut Dody Budi Waluyo, dari sisi kebijakan suku bunga bank sentral sudah mulai diturunkan, sehingga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Ini salah satu kebijakan moneter yang dilakukan bank sentral. “Kita juga lihat negara lain ada yang gunakan kebijakan lain untuk mengakselerasi ekonomi tumbuh,” tandasnya. Dia tambahkan, BI sebenarnya sudah melakukan persiapan penurunan suku bunga sejak dua hingga tiga bulan sebelumnya.

    Langkah itu dilakukan melalui pelonggaran likuiditas dengan menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) sebanyak 50 bps untuk bank umum dan bank syariah, sehingga menjadi 6,00 persen bagi perbankan konvensional dan 4,50 persen untuk perbankan syariah. Tujuannya untuk menambah likuiditas di perbankan. “Cara yang paling dilihat lagi adalah likuiditas, melalui GWM. Di beberapa negara, GWM sudah diturunkan, seperti China, Indonesia. Ini upaya untuk menahan ekonomi tidak terus turun,” katanya.

    Ekonom senior dari CORE Indonesia Hendri Saparini yang juga menjadi pembicara dalam pelatihan wartawam tersebut, menyatakan bahwa pihaknya menyambut positif langkah Bank Indonesia yang telah menurunkan suku bunga acuan. Bahkan sebenarnya dia berharap kebijakan ini sudah lebih awal diambil oleh BI. “Yang harus didorong mengapa kemudian suku bunga diturunkan, menurut saya karena memang pertumbuhan penerimaan pajak kita sangat rendah dibandingkan tahun lalu. Sementara belanjanya tetap tumbuh tinggi dibanding tahun lalu,” paparnya. S. Edi Santosa

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Kredit Diperkirakan Tumbuh di Kuartal Ketiga 2019
Next Post STMA Trisakti Buka Prodi S1 Aktuaria

Member Login

or