1
1

6 Jurus Jitu untuk Investor Hadapi Krisis Ekonomi

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, JAKARTA – Dalam menghadapi ketidakpastian geopolitik, PT BNI Sekuritas atau BNI Sekuritas menekankan pentingnya pembelajaran bagi para investor dan calon investor dalam menghadapi dampak yang terjadi.

Pasalnya, tindakan politik, perubahan regulasi, sengketa perdagangan, dan ketegangan antarnegara dapat menciptakan ketidakstabilan di pasar keuangan.

SEVP Retail Markets & Technology BNI Sekuritas Teddy Wishadi mengatakan pembelajaran dari krisis ekonomi masa lalu menjadi modal berharga bagi investor, seperti krisis ekonomi di Asia pada 1997 hingga 1998 yang berdampak luas, termasuk di Indonesia.

“Serta krisis ekonomi Argentina 2024 yang menyebabkan peningkatan pengangguran, penurunan daya beli, dan meningkatnya ketidakpastian sosial pada negara tersebut,” kata Teddy, dikutip dari keterangannya, Minggu, 30 Juni 2024.

Teddy menambahkan, dari pengalaman tersebut diketahui perubahan geopolitik tiba-tiba dapat merusak stabilitas pasar keuangan, memicu inflasi signifikan, dan gejolak sosial. Oleh karena itu, pemahaman akan sejarah dan kesiapan untuk menghadapi potensi krisis serupa diperlukan oleh investor dan calon investor.

|Baca juga: OCBC Bakal Delisting Great Eastern Usai Jadi Pemilik Saham Mayoritas?

Berikut beberapa tips yang dapat membantu investor mengelola investasi apabila krisis ekonomi terjadi:

Diversifikasi portofolio investasi

Salah satu kunci utama dalam menghadapi krisis adalah diversifikasi. Saat krisis ekonomi ataupun tidak, investor sebaiknya menaruh investasi di berbagai instrumen saham dan di berbagai industri. Diversifikasi diharapkan dapat mengatasi kerugian yang terjadi apabila salah satu instrumen atau industri tidak dalam performa terbaiknya. Diversifikasi membantu mengurangi risiko karena tidak semua aset akan terpengaruh secara negatif pada saat yang sama.

Fokus pada investasi jangka panjang

Saat terjadi krisis ekonomi, kemungkinan besar beberapa sektor industri akan turun nilai sahamnya. Investor diharapkan untuk tidak segera panik dan terkena godaan untuk menjual aset. Pasalnya, pasar akan pulih seiring waktu. Setelah krisis ekonomi 1997-1998, pemulihan pasar saham di Indonesia berlangsung secara bertahap. Pada awal 2000-an, IHSG mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang stabil. IHSG kembali mencapai level pra-krisis pada pertengahan dekade 2000-an dan terus meningkat di tahun-tahun berikutnya. Pada 2007, IHSG mencapai rekor tertinggi baru yang melampaui level sebelum krisis.

|Baca juga: Neraca Dagang RI Kembali Surplus US$2,93 Miliar per Mei 2024

Pertimbangkan investasi dalam aset defensif

Saat krisis, beberapa sektor seperti kebutuhan pokok, kesehatan, dan utilitas cenderung lebih stabil dibandingkan dengan sektor lain. Investasi dalam aset defensif ini bisa memberikan perlindungan tambahan terhadap volatilitas pasar. Investor dapat mempertimbangkan obligasi pemerintah yang juga dianggap sebagai safe haven selama periode ketidakpastian ekonomi.

Siapkan dana darurat

Selain berinvestasi, investor disarankan untuk mempersiapkan dana darurat yang bersifat likuid seperti contoh uang tunai. Hal ini berguna untuk berjaga-jaga apabila krisis terjadi, dana tersebut dapat menjadi bantalan finansial jika terjadi penurunan pendapatan atau kehilangan pekerjaan. Sehingga, investor tidak harus secara gegabah menjual aset investasi di saat nilai mereka sedang rendah.

Manfaatkan kesempatan dalam krisis

Selain bersiap untuk mempertahankan nilai investasi yang dimiliki, pada saat krisis investor juga memiliki peluang investasi yang mungkin tidak selalu muncul pada waktu normal. Misalnya, aset berkualitas yang dijual dengan harga lebih rendah daripada biasanya. Investor dapat menggunakan dana darurat untuk mempertimbangkan membeli aset yang undervalued. Namun, jangan terburu-buru memutuskan. Pastikan untuk melakukan riset menyeluruh dan konsultasi dengan penasihat keuangan sebelum mengambil keputusan.

Tetap terinformasi dan beradaptasi

Informasi adalah kunci dalam menghadapi krisis. Tetap mengikuti perkembangan ekonomi dan kebijakan pemerintah yang dapat memengaruhi pasar. Tinjau kinerja keuangan, prospek bisnis, manajemen, dan faktor-faktor lain yang memengaruhi nilai saham. Informasi dapat diperoleh dari situs web perusahaan, liputan media, atau rekomendasi tim riset.

“Dengan menerapkan strategi-strategi ini, investor diharapkan dapat lebih siap menghadapi ketidakpastian dan melindungi investasinya dari dampak krisis ekonomi,” tutup Teddy.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post OJK Tingkatkan Kerja Sama dengan Kedubes Australia
Next Post Asuransi Asei dan LPEI Sinergi Perkuat Dukungan Ekspor Nasional

Member Login

or