Media Asuransi, JAKARTA – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) meluncurkan fitur baru Transaksi Repurchase Agreement (Repo) pada Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif (SPPA). Peluncuran ini sejalan dengan peta jalan pengembangan SPPA.
Peluncuran ini juga bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, serta likuiditas dari perdagangan surat utang dan pasar uang oleh bank, Bank Pembangunan Daerah (BPD), dan perusahaan efek.
Dengan peluncuran fitur transaksi repo ini, pengguna jasa SPPA dapat memperoleh benefit sarana untuk melakukan transaksi repo menggunakan underlying surat utang khususnya Surat Utang Negara (SUN). Transaksi Repo ini akan melengkapi fitur transaksi outright (jual putus) yang saat ini sudah tersedia pada platform SPPA BEI.
|Baca juga: Jangan Lagi Khawatir, Ini 5 Kebiasaan Mudah untuk Bantu Keuangan Rumah Tangga Tetap Stabil!
|Baca juga: Kamu Mau Cerdas Berinvestasi Sejak Dini? Coba Baca Informasi Berikut Ini!
Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengungkapkan transaksi repo dengan underlying SUN pada platform yang sama dengan transaksi jual beli SUN akan menjadikan SPPA sebagai pool of liquidity atas perdagangan surat utang di Indonesia.
Hal ini, tambahnya, akan memudahkan bank, BPD, perusahaan efek, dan money broker yang tergabung dalam pengguna jasa SPPA untuk memonitor pasar surat utang dan pasar uang pada single platform yang sama. SPPA juga menawarkan proses perdagangan sampai dengan post trade yang Straight-Through-Procesing (STP).
“Sehingga menjawab kebutuhan industri atas mekanisme transaksi di pasar uang,” kata Jeffrey, di Jakarta, Senin, 10 Maret 2025.
Peluncuran SPPA Repo ini merupakan momentum bagi BEI dalam berperan lebih aktif pada pengembangan dan penguatan pasar keuangan di Indonesia. Sesuai dengan strategi digitalisasi dan penguatan infrastruktur pasar keuangan yang diterapkan oleh Bank Indonesia, SPPA Repo ditargetkan untuk dapat menjadi bagian utama dari infrastruktur pasar keuangan di Indonesia.
“Kami percaya SPPA akan memainkan peranan penting dalam ekosistem perdagangan surat utang dan pasar uang di Indonesia. BEI berkomitmen untuk memberikan layanan terbaik sehingga para pelaku pasar mendapatkan harga yang terbaik, mekanisme perdagangan yang best practice, serta proses post-trade yang efisien,” ucapnya.
|Baca juga: #Kabur Aja Dulu, Sekadar Tren atau Indikasi Niat?
|Baca juga: Antisipasi Krisis Ekonomi, Siapkan 5 Langkah Ini!
“Harapannya, SPPA juga dapat dijadikan platform bersama oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Keuangan, dan Bank Indonesia untuk monitoring harga, media kuotasi harga oleh primary dealers, serta membantu dalam pengambilan keputusan terkait fiscal policy dan monetary policy,” jelas Jeffrey.
SPPA mencetak kinerja transaksi surat utang yang cemerlang pada 2024 dengan total nilai transaksi sebesar Rp246,1 triliun dan interdealer domestic market share mencapai 16 persen, yaitu mengalami peningkatan total nilai transaksi sebesar 76 persen dan market share 77 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Saat ini terdapat 39 pengguna jasa SPPA yang langsung dapat memanfaatkan layanan transaksi repo surat utang mulai awal tahun ini, yang meningkat 95 persen dibandingkan dengan saat awal diimplementasikan. Jumlah ini ditargetkan semakin bertambah seiring dengan sosialisasi, komunikasi, dan sinergi yang terus dibangun oleh BEI dengan pelaku pasar.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News