Media Asuransi, JAKARTA – Di bulan November ini bank sentral Amerika Serikat resmi mengumumkan bahwa Fed tapering akan dimulai awal Desember mendatang. Dalam kondisi seperti ini, apa yang sebaiknya dilakukan oleh para investor di pasar modal?
Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Freddy Tedja, mengatakan bahwa berbeda dengan yang terjadi pada tahun 2013, tapering atau program pengurangan pembelian aset kali ini berlangsung tanpa kejutan. Program pembelian aset dari pasar finansial sebesar USD120 miliar per bulan yang telah dilakukan sejak awal pandemi, akan mulai dikurangi sebesar USD15 miliar setiap bulannya, sehingga tapering ini diperkirakan akan selesai pertengahan tahun 2022.
“Chairman The Fed, Jerome Powell, telah memberikan sinyal sejak awal tahun sehingga pasar terlihat lebih antisipatif dan gejolak di pasar finansial dapat lebih diminimalkan,” kata Freddy Tedja dalam keterangan resmi yang dikutip Media Asuransi, Kamis, 25 November 2021.
Selain komunikasi yang baik, menurut Freddy, hal positif lainnya yang dilakukan The Fed kali ini adalah menyampaikan dengan jelas bahwa walaupun tapering mulai diimplementasi, kenaikan suku bunga belum akan dilakukan, setidaknya hingga proses tapering berakhir. Ini tentunya menjadi berita positif bagi pasar finansial dan memberikan kejelasan bahwa suku bunga akan tetap pada level akomodatif.
“Kondisi inilah yang membuat pasar obligasi global dan domestik pun cenderung stabil pasca pengumuman Fed tapering,” tutur Freddy.
Di sisi lain, kita melihat perbaikan situasi pandemi di Indonesia yang jelas mendukung pemulihan ekonomi yang berkesinambungan. Keseimbangan strategi penanganan pandemi yang terukur (pelonggaran aktivitas sosial diiringi dengan laju vaksinasi yang ditingkatkan) oleh pemerintah, cukup berhasil mendorong kinerja ekonomi.
Freddy Tedja menambahkan, beberapa indikator seperti indeks mobilitas dan realisasi pendapatan negara terus melanjutkan tren pertumbuhan positif. Jika target vaksinasi 70 persen populasi sasaran dapat tercapai pada akhir tahun 2021, hal ini pun dapat menjadi katalis positif bagi pemulihan ekonomi yang lebih kuat di 2022.
|Baca juga: Menakar Dampak Tapering The Fed bagi Indonesia
Dia tambahkan, kuatnya kinerja ekspor Indonesia yang mencatatkan surplus berturut-turut selama 17 bulan terakhir, dengan posisi surplus tahun berjalan 2021 sampai bulan Oktober juga tercatat sebagai yang tertinggi dalam 10 tahun terakhir, membuat tekanan pada nilai tukar Rupiah pun tidak setinggi pada periode tapering tahun 2013 lalu. Kondisi ini akan menjadi fondasi Indonesia mengarungi periode tapering yang akan datang.
“Namun, kita juga harus tetap mencermati potensi risiko yang ada,” tegas Freddy. Memburuknya kembali kondisi pandemi di Eropa, disrupsi rantai pasokan global yang dapat meningkatkan inflasi, potensi miskomunikasi perubahan kebijakan moneter dan fiskal yang berpotensi menciptakan volatilitas pada suku bunga dan nilai tukar, semuanya itu akan dapat menjadi gangguan momentum pemulihan ekonomi.
“Untuk itulah menjelang akhir tahun ini, sebaiknya kita mengkaji kembali seluruh portofolio investasi kita, seraya menimbang-nimbang potensi dan risiko yang ada ke depannya,” tambah Freddy.
Hal pertama yang harus dilakukan oleh investor adalah mengevaluasi seluruh aset pada portofolio investasinya saat ini. Arah pasar yang bergerak positif saat ini bisa dimanfaatkan oleh para investor untuk mencari peluang investasi terbaik yang sesuai dengan profil risiko masing-masing investor.
Evaluasi portofolio investasi sangat penting dilakukan, minimal sekali dalam setahun, untuk melihat apakah imbal hasil investasinya sudah on track dengan tujuan keuangan yang hendak dicapai. Pada masa awal pandemi, pasar cenderung bergerak volatile dan terkoreksi. Sedangkan saat ini, kondisi sudah membaik. Setelah dimulainya tapering, investor dapat memanfaatkan peluang investasi di pasar obligasi dan pasar saham yang menunjukkan tren pemulihan.
“Pada akhirnya, setiap investor harus menentukan instrumen investasi yang paling sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasinya. Selalu lakukan diversifikasi untuk meminimalisir risiko dan memaksimalkan imbal hasil investasi Anda,” jelas Head of Investment Specialist MAMI, Freddy Tedja.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News