Media Asuransi, JAKARTA – Infovesta Utama merekomendasikan investor saham dapat melakukan aksi buy on weakness pada beberapa saham big caps yang mengalami koreksi di antaranya pada sektor perbankan.
Sedangkan pada obligasi, saat ini masih menjadi waktu yang tepat untuk mengoleksi SUN. Investor dapat menambah porsi tenor jangka pendek sebagai langkah antisipasi risiko.
Melalui Weekly Mutual Funds Update, Senin, 13 Mei 2024, Tim Riset Infovesta memaparkan dalam sepekan terakhir kinerja IDX Composite (IHSG) bergerak bearish sebesar -0,64% ke level 7.088,79. Hari libur bursa memicu investor untuk wait & see melihat pergerakan pasar.
|Baca juga: Infovesta: Investor Dapat Buy on Weakness saat Indeks Terkoreksi
“Investor asing masih melanjutkan aksi jual pada pasar domestik sebanyak Rp2,99 triliun dan rilis data cadangan devisa terbaru melambat menjadi perhatian Bank Indonesia dalam mengambil keputusannya kedepan.”
Dari kelompok saham, aksi jual terbesar terutama pada saham berkapitalisasi besar terutama pada sektor keuangan (-0,93%) sebagai pemberat indeks. Sejalan dengan itu, posisi top market laggards dicatatkan oleh BBCA (- 4,82%), TLKM (-2,53%), dan BREN (-2,28%). Sentimen dari domestik, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh meningkat sebesar 5,11% YoY pada Q1 2024 (vs 5,04% YoY Pada Q4 2023) dan diatas konsensus pasar.
Secara triwulanan, perekonomian Indonesia mengalami kontraksi sebesar -0,83% QoQ pada Q1 2024. Pendorong laju ekonomi ditopang oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga tumbuh meningkat sebesar 4,9% YoY (vs 4,47% pada Q4 2023) dan belanja pemerintah tumbuh meningkat sebesar 19,90% YoY (vs 2,81% pada Q4 2023). Sepanjang bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri di bulan Maret mendorong tingkat pengeluaran konsumsi rumah tangga. Selain itu, belanja pemerintah meningkat secara signifikan karena tahun politik.
Laju pertumbuhan ekonomi ke depan masih cukup tangguh dipicu oleh tingkat konsumsi rumah tangga dan berlanjutnya belanja pemerintah, serta dari sisi investasi tumbuh meningkat sejalan dengan hasil pemilu. Rilis data cadangan devisa melambat sebesar US$4,2 miliar atau tercatat US$136,2 miliar (vs US$140,4 miliar pada Maret 2024).
|Baca juga: Mau Cari Cuan? Ini 7 Strategi Bermain Investasi Saham untuk Pemula
Dampak dari menguatnya kurs dollar di tengah ketidakpastian pasar global yang meningkat, Bank Indonesia membutuhkan likuiditas untuk menstabilisasi nilai tukar rupiah. Sentimen dari global, rilis data PMI Servis Caixin China turun (act: 52,5 poin; prev: 52,7 poin). Sedangkan PMI Komposit Caixin China naik tipis (act: 52,8 poin; prev: 52,7 poin). Laju PMI China masih berada di level ekspansi (>50 poin). Hal ini mencerminkan pemulihan ekonomi China yang terus berlanjut. Permintaan pesanan baru dan pertumbuhan aktivitas pariwisata membantu mendorong pertumbuhan pesanan ekspor baru ke laju tercepat dalam 10 bulan terakhir.
Sentimen dari AS tertuju pada pertumbuhan lapangan pekerjaan AS (3/5) yang melambat lebih dari perkiraan pada bulan April. Tingkat Pengangguran naik sebesar 3,9% vs 3,8% pada bulan sebelumnya dan Non Farm Payrolls turun menjadi 175 ribu vs 315 ribu pada bulan sebelumnya.
Pada pasar obligasi, Infovesta Gov. Bond Index naik +0,40% ke level 10.196 poin. Sentimen berfokus pada rilis data ketenagakerjaan AS yang melambat, sehingga memberikan sentimen positif pada pasar obligasi dan menenangkan pelaku pasar, meskipun pernyataan The Fed terbaru belum memberikan sinyal kuat terhadap dimulainya pemangkasan suku bunga FFR.
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News