Media Asuransi, JAKARTA – IHSG mengalami tekanan cukup dalam pada bulan Mei seiring kebijakan the Fed menaikkan suku bunga, Setelah bergerak positif di beberapa bulan pertama di tahun 2022.
Melalui Weekly Mutual Funds Update, Tim Riset Infovesta Utama memperkirakan ke depannya pasar masih akan dipengaruhi isi negatif dari sikap hawkish the Fed yang terhadap kenaikan suku bunga 50 bps untuk bulan Juni dan Juli.
“Faktor pendukung sentimen negatif lainnya adalah proyeksi inflasi AS yang tinggi dan kebijakan agresif dari Bank Sentral Eropa (ECB) yang akan mengakhiri quantitative easing pada 1 Juli setelah 10 tahun menetapkan suku bunga rendah, sehingga berpeluang menaikkan suku bunga 25 bps pada akhir Juli.”
Hal ini membuat pasar merespons negatif sehingga membuat pergerakan IHSG turun ke level 7.086,65 pada penutupan perdagangan pekan lalu. Dari dalam negeri, sentimen terkait inflasi, pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan proyeksi kebijakan moneter bulan ini masih membayangi pergerakan pasar sehingga investor lebih memilih untuk wait & see terhadap berbagai sentimen negatif di pasar.
|Baca juga: Ini Dia Top 5 Reksa Dana Return Tertinggi YTD 3 Juni 2022
Selain itu, investor juga masih mewaspadai adanya ancaman perlambatan ekonomi global yang berpeluang menjadi stagflasi, yang mana dapat mengakibatkan penurunan yang dalam pada pasar saham dan surat hutang. Di tengah berbagai isu yang mempengaruhi pergerakan pasar tersebut, bagaimana pertumbuhan industri reksa dana selama bulan Mei 2022?
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa pertumbuhan AUM dan UP yang yang cukup signifikan pada pengelolaan reksa dana Indeks dan ETF. Peningkatan minat pada reksa dana indeks dan ETF ini menjadi fenomena yang cukup menarik di tengah penurunan yang terjadi pada pasar saham pada bulan Mei lalu seiring kebijakan The Fed untuk menaikkan suku bunga.
Reksa dana indeks dan ETF sendiri memang meracik portfolionya mengikuti alokasi pada indeks acuan sehingga investor yang tertarik untuk berinvestasi pada satu indeks tertentu dapat menjadikan reksa dana indeks dan ETF sebagai kendaraan investasi. Perkembangan industri reksa dana tahun ini relatif terhambat seiring berbagai sentimen yang muncul di pasar. Beberapa diantaranya adalah kenaikan suku bunga dan ancaman resesi.
Namun, tekanan terhadap pasar tersebut dapat menjadi peluang bagi investor untuk berinvestasi di harga yang lebih “murah”. “Oleh karena itu investor tetap harus mencermati perkembangan pasar untuk menemukan waktu yang tepat untuk kembali berinvestasi. Kenaikan suku bunga The Fed yang diekspektasikan terjadi pada bulan ini adalah salah satu contoh isu pasar yang perlu dicermati dengan lebih lanjut.”
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News