Media Asuransi, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini diperkirakan berpotensi melemah seiring dengan kenaikan yield obligasi AS.
Pengamat pasar keuangan dan komoditas, Ariston Tjendra, menjelaskan bahwa rupiah berpotensi melemah hari ini terhadap dolar AS seiring dengan kenaikan yield obligasi pemerintah AS.
“Yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik ke kisaran 1,78% pada perdagangan akhir pekan setelah tertekan di kisaran 1,70%. Ini mengindikasikan pasar bersiap dengan kenaikan suku bunga acuan AS,” katanya kepada Media Asuransi, Senin, 17 Januari 2022.
|Baca juga: Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah
Akhir pekan kemarin, jelasnya, AS merilis data penjualan ritel bulan Desember yang ternyata mengalami penurunan sebesar 1,9% year on year, padahal bulan sebelumnya mengalami pertumbuhan. Banyak analis mensinyalir tekanan pada data ini karena kenaikan inflasi yang mengurangi minat belanja masyarakat AS. Analisis ini mendukung keinginan Bank Sentral AS untuk segera menaikkan suku bunga acuannya.
Di sisi lain, dari dalam negeri, sambungnya, rilis surplus neraca perdagangan bulan Desember yang sesuai ekspektasi di kisaran US$3 miliar, dapat mendukung penguatan nilai tukar rupiah hari ini. Neraca perdagangan yang surplus dapat membantu rupiah bertahan dari tekanan kenaikan suku bunga acuan AS karena suplai dolar di tanah air bertambah.
“Rupiah mungkin bergerak melemah ke kisaran US$14.320-US$14.350, sementara potensi penguatan ke kisaran US$14.250.”
Sementara itu pada perdagangan akhir pekan lalu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot ditransaksikan menguat 0,20% ke level Rp14.294 per dolar AS, sedangkan di JISDOR BI nilai tukar rupiah ditransaksikan melemah 0,07% ke level Rp14.311 per dolar AS.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
1 
1 
