1
1

Wall Street Bervariasi, Dolar AS Tak Berkutik

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, GLOBAL – Bursa saham Wall Street berakhir beragam pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB). Kondisi itu terjadi setelah risalah Federal Reserve mengisyaratkan penurunan suku bunga yang lebih lambat di masa depan.

Mengutip The Business Times, Kamis, 22 Februari 2024, Dow Jones Industrial Average berakhir menguat 0,1 persen menjadi 38.612. Indeks S&P 500 berbasis luas naik 0,1 persen menjadi 4.981,80. Sedangkan Komposit Nasdaq yang kaya akan teknologi turun 0,3 persen menjadi 15.580,87.

|Baca juga: PGAS, TOWR, UNIQ, dan PTBA Jadi Rekomendasi Trading Saham Hari ini

Para pejabat The Fed memberikan pandangan beragam mengenai waktu pemotongan suku bunga, namun sebagian besar anggota The Fed menyuarakan kekhawatiran mengenai pemotongan suku bunga lebih awal.

“Hal ini menandai pergeseran dari pertemuan The Fed sebelumnya, yang membuat risalah rapat tampaknya cenderung hawkish karena para pedagang memasuki pertemuan Januari untuk mengantisipasi kebijakan Fed yang jauh lebih dovish daripada yang diperkirakan secara realistis berdasarkan komunikasi Fed sebelumnya,” kata Chris Low dari FHN Financial.

Dolar AS melemah

Sementara itu, dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB). Para pedagang menunggu risalah pertemuan kebijakan terbaru Federal Reserve untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai prospek suku bunga bank sentral. Sedangkan sterling mengabaikan surplus anggaran bulanan tertinggi Inggris pada Januari.

Indeks dolar AS, yang mengukur mata uang tersebut terhadap enam mata uang lainnya, mendatar di 104,05, setelah bergerak lebih rendah 0,25 persen pada Selasa waktu setempat (Rabu WIB), karena penurunan imbal hasil obligasi global.

Di tempat lain, sterling mendatar di level US$1,2625 setelah angka menunjukkan Inggris mencatat surplus anggaran bulanan tertinggi pada Januari menjelang anggaran tahunan Menteri Keuangan Jeremy Hunt pada Maret.

Sedangkan data minggu lalu menunjukkan inflasi AS yang stagnan, mendorong investor untuk menunda spekulasi bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada Maret. Pasar sekarang memperkirakan pemotongan pertama pada Juni, dibandingkan dengan Maret pada awal tahun.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post BI Prakirakan Ekonomi Global Tumbuh 3,0%, Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,7%-5,5%
Next Post Pefindo Tegaskan Peringkat Polytama Propindo idAAA(cg) dengan Prospek Stabil

Member Login

or