Media Asuransi, GLOBAL – Indeks utama Wall Street melemah dalam perdagangan berombak pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB). Pelemahan itu dengan saham-saham cip termasuk di antara saham-saham yang mengalami penurunan terbesar.
Mengutip The Business Times, Kamis, 18 April 2024, pada pukul 11.30 ET, Dow Jones Industrial Average turun 139,48 poin atau 0,37 persen menjadi 37,659. Sedangkan indeks S&P 500 turun 20,54 poin atau 0,41 persen menjadi 5.030. Kemudian Nasdaq Composite turun 93,75 poin atau 0,59 persen menjadi 15.771.
Ketiga indeks tersebut memangkas kenaikan awal karena tertekannya saham-saham cip, dengan Indeks Semikonduktor Philadelphia merosot 1,7 persen. Raksasa AI Nvidia kehilangan 1,7 persen. Membebani Dow, Travelers turun 8,2 persen setelah raksasa asuransi itu meleset dari ekspektasi Wall Street untuk laba kuartal pertama.
|Baca juga: 4 Rekomendasi Saham untuk Jemput Rezeki saat IHSG Diselimuti Awan Gelap
JB Hunt Transport Services merosot 8,3 persen setelah perusahaan angkutan truk tersebut meleset dari perkiraan Wall Street untuk hasil kuartal pertama. US Bancorp turun 5,3 persen setelah bank tersebut memangkas perkiraan pendapatan bunga setahun penuh dan melaporkan penurunan laba kuartal pertama sebesar 22 persen.
Dolar AS melemah
Di sisi lain, dolar AS melemah tetapi mendekati level tertinggi dalam 5½ bulan pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB). Kondisi itu terjadi karena pejabat Federal Reserve menegaskan kembali siklus penurunan suku bunga ditunda sambil menunggu data ekonomi baru.
Pejabat tinggi bank sentral AS termasuk Ketua The Fed Jerome Powell tidak memberikan panduan apapun tentang kapan suku bunga dapat diturunkan, dan malah mengatakan bahwa kebijakan moneter perlu bersifat restriktif lebih lama.
Data terbaru menunjukkan bahwa perekonomian AS berada pada jalur yang berbeda dibandingkan dengan perkiraan The Fed, sehingga menyebabkan investor mengurangi perkiraan mereka terhadap penurunan suku bunga di masa depan. Sementara itu, risiko meluasnya konflik Timur Tengah menambah daya tarik jangka pendek dolar sebagai aset safe-haven.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News