1
1

Wall Street Merekah, Dolar AS Terpuruk

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, GLOBAL – Saham-saham di Amerika Serikat (AS) berakhir lebih tinggi pada akhir perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat pagi WIB). Hal itu terjadi setelah data menunjukkan berlanjutnya perlambatan dalam aktivitas ekonomi sehingga meningkatkan harapan investor untuk penurunan suku bunga.

Mengutip Xinhua, Jumat, 28 Juni 2024, indeks Dow Jones Industrial Average naik 36,26 poin atau 0,09 persen menjadi 39.164,06. Sedangkan indeks S&P 500 bertambah 4,97 poin atau 0,09 persen menjadi 5.482,87. Kemudian, indeks Komposit Nasdaq meningkat 53,53 poin atau 0,30 persen menjadi 17.858,68.

Sebanyak enam dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona hijau, dengan real estate dan sektor konsumen memimpin kenaikan di mana masing-masing naik 0,93 persen dan 0,90 persen. Sementara itu, kelompok konsumen bahan pokok dan material memimpin penurunan, masing-masing turun 0,50 persen dan 0,32 persen.

Mulai memangkas suku bunga

Di sisi lain, dolar Amerika Serikat (US$) melemah terhadap sebagian besar mata uang pada akhir perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat pagi WIB). Dolar AS tertekan oleh melemahnya data ekonomi terbesar di dunia yang mendukung ekspektasi Federal Reserve akan mulai memangkas suku bunga tahun ini.

|Baca juga: Marein Genjot Pertumbuhan Organik Penuhi Ekuitas Minimum Rp2 Triliun di 2028

Mengutip Channel News Asia, yen naik tipis dari level terendahnya dalam 38 tahun terhadap greenback menyusul data AS, bahkan ketika para pedagang tetap waspada terhadap tanda-tanda intervensi Jepang untuk menopang mata uang tersebut.

Laporan AS menunjukkan klaim pengangguran untuk tunjangan pengangguran negara turun menjadi 233 ribu untuk pekan yang berakhir 22 Juni. Namun, jumlah orang yang menerima tunjangan setelah minggu pertama bantuan meningkat 18 ribu menjadi 1,839 juta selama pekan yang berakhir 15 Juni.

Pada saat yang sama, pesanan baru untuk barang-barang modal utama yang diproduksi di AS secara tak terduga turun pada Mei, menunjukkan pengeluaran bisnis untuk peralatan melemah pada kuartal kedua.

Pesanan barang modal nonpertahanan tidak termasuk pesawat terbang turun 0,6 persen bulan lalu, data menunjukkan. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan pesanan barang modal inti naik tipis 0,1 persen.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Marein Genjot Pertumbuhan Organik Penuhi Ekuitas Minimum Rp2 Triliun di 2028
Next Post Prediksi IHSG dan 4 Rekomendasi Saham Berpotensi Cuan Hari Ini

Member Login

or