1
1

XIHD, BUMI, ICBP, dan LSIP Jadi Rekomendasi Trading saat Timur Tengah Kian Membara

Ilustrasi. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Selama satu pekan terakhir Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tajam sebesar 2,61 persen atau 200 poin ke level 7.496 dengan net sell asing Rp4,9 triliun. Terdapat sejumlah sentimen yang memengaruhi pasar modal pada 30 September hingga 4 Oktober 2024 tersebut.

Pertama, Equity Analis PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Imam Gunadi menyebutkan, stimulus Pemerintah China. Untuk meningkatkan aktivitas ekonominya yang lemah, Pemerintah China melalui PBoC menggelontorkan berbagai stimulus, seperti mamangkas GWM dan tingkat suku bunga, merilis special bond sebesar CNY 2 triliun, serta memberikan stimulus di pasar saham.

|Baca juga: 5 Cara Ampuh Pertebal Dompet dengan Investasi di Reksa Dana, Mau?

|Baca juga: Mengenal Sosok Edy Tuhirman yang Pamit dari CEO Generali Indonesia

“Pada dasarnya paket stimulus ini memberikan dampak positif bagi Indonesia, karena China adalah negara mitra dagang terbesar Indonesia,” kata Imam, dikutip dari risetnya, Selasa, 8 Oktober 2024.

“Namun dengan adanya stimulus lain di pasar saham, hal ini dapat menarik investor saham dari Indonesia untuk berinvestasi di China karena berpotensi membuat harga saham terkerek dengan adanya stimulus tersebut,” tambah Imam.

Kedua, ketegangan di Timur Tengah. Konflik ini membuat harga minyak naik sembilan persen baik brent maupun WTI dan meningkatkan ketidakpastian. Saat ini kondisi ekonomi di beberapa negara sedang melambat akibat naiknya harga minyak dapat memperburuk kondisi ekonomi.

|Baca juga: Edy Tuhirman Mundur dari Generali Indonesia, Ada Apa?

|Baca juga: 52 Perusahaan Asuransi dan Reasuransi Terbaik di 2024

“Jika harga minyak atau energi naik maka biaya produksi juga akan naik. Ketika biaya produksi naik hal ini dapat menekan margin laba perusahaan,” tukasnya.

Ketiga, aksi ambil untung pelaku pasar. Mulai dari 19 Agustus 2024, IHSG mencetak rekor ATH-nya hingga mencapai puncaknya pada 19 September 2024 ke level 7.853. Hal ini membuat pasar kemungkinan mengamankan keuntungannya terlebih dahulu di tengah perlambatan ekonomi dan konflik di Timur Tengah.

Sentimen dan rekomendasi

Berbicara tentang potensi market pada sepekan yakin 7-11 Oktober 2024, Imam mengimbau para trader untuk memantau tiga sentimen utamanya yakni data inflasi AS, kelanjutan perang di Timur Tengah dan Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia. Berkaca pada hal tersebut, Indo Premier Sekuritas merekomendasikan satu Reksa Dana Power Fund Series dan tiga saham.

|Baca juga: Punya Riwayat Hipertensi? Kamu Wajib Baca Tips dari Sequis tentang Garam Himalaya!

|Baca juga: 4 Manfaat Investasi di Bank, Lebih Cuan, Aman, dan Tenang!

1. Reksa Dana Power Fund Series (PFS) yang merupakan inovasi reksa dana saham indeks, khususnya Reksa Dana Premier ETF IDX High Dividend 20 (XIHD), layak buy on breakout dengan entry di Rp707. PFS XIHD ini buy on breakout dengan support di Rp740 dan resist Rp698.

Menurut Imam, dalam situasi konflik geopolitik, terutama yang melibatkan kawasan strategis seperti Timur Tengah, pasar keuangan global sering kali mengalami gejolak. Oleh karena itu, penting bagi investor untuk mempertimbangkan produk investasi yang lebih stabil seperti XIHD yang isinya adalah emiten-emiten yang likuid dan konsisten membagikan dividen.

2. Buy on Breakout BUMI (Support Rp156, Resist Rp132)

PT Bumi Resources Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batu bara dan minyak bumi. Kenaikan harga minyak yang akhir-akhir ini terjadi, dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap perusahaan batu bara dan minyak bumi seperti BUMI.

3. Buy ICBP (Support Rp12.875, Resist Rp11.825)

Adanya sentimen perang yang terjadi di Timur Tengah dapat mengubah keputusan investasi pelaku pasar, dari sebelumnya pasar berinvestasi pada sektor yang agresif berubah haluan ke sektor yang lebih defensif seperti consumer non cyclic salah satunya adalah ICBP.

4. Buy LSIP (Support Rp1.100, Resist Rp995)

Harga minyak sawit mendekati level tertinggi dalam enam bulan didorong oleh naiknya kontrak kedelai Chicago dan melemahnya MYR tehadap USD. Kemudian India, sebagai importir utama CPO terdapat permintaan yang kuat dalam jangka pendek menjelang musim perayaan Diwali, seiring dampak peningkatan bea masuk yang mulai mereda.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post 4 Rekomendasi Saham Wajib Diincar saat IHSG Rawan Koreksi
Next Post Obligasi Rp2 Triliun Merdeka Battery Materials (MBMA) Diganjar Peringkat idA

Member Login

or