Media Asuransi, JAKARTA – Apakah Anda pernah menggunakan garam himalaya? Garam ini menjadi tren beberapa tahun belakangan sebagai pilihan pengganti garam konvensional karena bebas dari zat kimia buatan dan kaya akan kandungan mineral, seperti zat besi, sulfur, magnesium, kalsium, dan kalium.
Kandungan tersebut bermanfaat untuk memaksimalkan fungsi organ tubuh, menghidrasi, menyeimbangkan pH tubuh, hingga kebaikan bagi kecantikan. Garam himalaya menjadi pilihan kebanyakan mereka yang memiliki riwayat penyakit hipertensi karena kandungan natrium dan sodium lebih rendah dari garam dapur.
|Baca juga: Survei: Generasi Z dan Milenial Bidik Pensiun di Usia 60 Tahun
|Baca juga: 2 Perusahaan Asuransi Mau Tutup, Regulasi Ketat Jadi Biang Keroknya?
Namun, Head of Department Underwriting Sequis Fridolin Seto Pandu mengingatkan agar pasien hipertensi tetap membatasi konsumsi garam secara keseluruhan. Mengapa penderita hipertensi disarankan menggunakan garam dalam jumlah sedikit? Karena kadar garam tinggi dapat meningkatkan jumlah natrium dalam sel dan dapat mengganggu keseimbangan cairan.
“Meskipun garam himalaya mengandung banyak kebaikan, tetapi kandungan natrium dapat memicu meningkatnya tekanan darah. Anda dapat saja menggunakan garam himalaya untuk masakan, tetapi bukan berarti garam ini lebih baik sehingga pengidap hipertensi menggunakannya berlebihan,” kata Fridolin, dikutip dari keterangannya, Sabtu, 5 Oktober 2024.
Lebih lanjut, Fridolin mengatakan, tubuh yang mengandung banyak kadar garam akan membuat natrium masuk ke dalam sel. Jika natrium menarik cairan berlebihan masuk ke dalam sel dapat membuat jantung memompa darah lebih kuat sehingga tekanan darah ikut meningkat.
Baca juga: 70% Warga Singapura Kesulitan Capai Kesejahteraan Keuangan, Ternyata Ini Biang Keroknya!
|Baca juga: AI Jadi ‘Musuh dalam Selimut’ bagi Perusahaan Kesehatan Digital! Kok Bisa?
Pasien tekanan darah tinggi juga perlu memberikan perhatian pada kesehatan ginjal karena ginjal dan sistem peredaran saling berhubungan dan saling bergantung. Sistem peredaran darah meliputi jantung dan pembuluh darah dan ginjal bertugas menyaring limbah dan cairan dari darah melibatkan pembuluh darah.
“Jika tubuh mengandung banyak garam bisa membuat ginjal bekerja lebih ekstra untuk mengeluarkan garam dari tubuh melalui urin yang lebih sering. Jika ginjal tidak mampu lagi menyeimbangkan kadar garam dalam tubuh maka garam yang berlebih tersebut akan beredar dalam darah dan menarik air sehingga volume darah meningkat,” tuturnya.
“Demikian juga tekanan di pembuluh darah akan ikut meningkat dan bisa mengganggu kerja jantung,” tambah Fridolin.
|Baca juga: Penjelasan Allianz tentang Izin Pembentukan Unit Usaha Syariah yang Dicabut OJK
|Baca juga: Allianz Syariah Sudah Spin Off, OJK Cabut Izin Unit Usaha Syariah
Fridolin mengajak masyarakat peduli pada bahaya hipertensi karena penyakit dapat membahayakan jiwa. WHO menyebutkan hipertensi sebagai penyebab utama kematian dini di seluruh dunia. WHO melansir ada sekitar 46 persen orang dewasa diperkirakan menderita hipertensi, tetapi mereka tidak menyadari mereka mengidap penyakit tersebut.
Penderita tekanan darah tinggi seringkali tidak merasakan gejala apapun. Satu-satunya cara mengetahui adalah dengan pemeriksaan tekanan darah. “Jika hasil pemeriksaan menunjukkan 140/90 mmHg atau lebih tinggi, menunjukkan tekanan di pembuluh darah terlalu tinggi. Ini berarti Anda mesti waspada pada risiko hipertensi,” kata Fridolin.
|Baca juga: 2 Perusahaan Asuransi Berencana Kembalikan Izin Usaha, Begini Respons AAUI!
|Baca juga: Perubahan Iklim Bikin ‘Kantong Jebol’, Perusahaan Reasuransi Makin Hati-hati!
Pasien hipertensi dapat mengontrol tekanan darah dengan mengurangi konsumsi garam, rutin memeriksakan diri ke dokter termasuk memeriksa tensi darah, dan minum obat hipertensi sesuai resep dokter. Ini adalah cara mencegah terjadinya penyakit komplikasi, seperti serangan jantung, stroke, kerusakan ginjal, serta masalah kesehatan lainnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News