Media Asuransi – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berambisi menjangkau segmen ultra mikro sebagai salah satu sumber utama pertumbuhan di masa mendatang. Ambisi tersebut sejalan dengan aspirasi bank pelat merah ini menjadi The Most Valuable Banking Group in Southeast Asia and Champion of Financial Inclusion.
Segmen mikro dan ultra mikro ini dinilai sangat prospektif karena kontribusinya mencapai 99% dari jumlah usaha di Indonesia atau mencapai kurang lebih 63 juta unit usaha mikro. Cerahnya prospek bisnis dari segmen mikro dan ultra mikro ini diyakini dapat menjadi embrio bisnis yang akan memperkuat core competence BRI di segmen usaha mikro dan kecil.
Di pihak lain, ambisi menggarap segmen ultra mikro ini sejalan dengan rencana pemerintah, selaku pemegang saham pengendali BRI, yang bermaksud membentuk holding ultra mikro, emiten berkode saham BBRI itu sebagai perusahaan induk dari holding tersebut.
|Baca juga: Rating Bank Mandiri (BMRI) Ditegaskan idAAA
Ibarat ‘ tumbu ketemu tutup’, dalam rangka merealisasikan rencana besar tersebut, BBRI akan menerbitkan saham baru alias rights issue, pemerintah akan ambil bagian dengan menyetorkan seluruh saham seri B (inbreng) yang dimiliki di PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero).
Dengan demikian, pascaaksi rights issue tersebut BBRI akan menjadi pemegang saham dari Pegadaian dan PMN yang selama ini sudah eksis di segmen ultra mikro.
“Pada akhirnya, holding ultra mikro diharapkan berdampak positif terutama dalam percepatan proses inklusi dan literasi keuangan di Indonesia,” tulis Manajemen BBRI dalam keterbukaan informasi yang dikutip Media Asuransi, Rabu, 16 Juni 2021.
Dalam aksi rights issue ini, BBRI akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 28,68 miliar lembar saham seri B dengan nilai nominal Rp50 atau mewakili sebanyak-banyaknya 23,25% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan.
|Baca juga: Summarecon (SMRA) Right Issue 3,60 Miliar Saham
Mekanisme rights issue terbagi menjadi dua bentuk penyetoran yaitu pertama, pemerintah selaku pemegang saham pengendali BBRI dengan kepemilikan 56,75% akan mengeksekusi seluruh haknya dengan melakukan inbreng atas saham seri B milik pemerintah di Pegadaian sebanyak 99,99% dan sebanyak 99,99% saham seri B di PNM.
Kedua, bagian pelaksanaan HMETD yang berasal dari porsi publik atau masyarakat akan disetorkan kepada BBRI dalam bentuk tunai yang akan digunakan sebagai modal kerja BBRI dalam rangka pengembangan ekosistem ultra mikro, serta bisnis mikro dan kecil.
Bagi pemegang saham publik yang tidak ambil bagian dalam hajatan rights issue ini, kepemilikan sahamnya akan mengalami dilusi sebanyak-banyaknya 18,86% dari porsi kepemilikannya.
Masuknya Pegadaian dan PNM menjadi keluarga besar BBRI ini diperkirakan membuat BBRI Bersama-sama dengan Pegadaian dan PNM dapat mengembangkan bisnis melalui pemberian jasa keuangan di segmen ultra mikro sehingga berkontribusi positif terhadap kinerja keuangan BBRI. Penguatan struktur permodalan ini juga diharapkan mendukung kegiatan usaha BBRI ke depan, baik induk maupun secara grup, yang pada akhirnya akan menciptakan value bagi pemegang saham dan pemangku kepentingan.
Terkait rencana strategis ini, BBRI akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) untuk meminta restu pemegang saham pada Kamis 22 Juli 2021.
Meski rencana strategis ini memiliki prospek yang cerah ke depannya, tetapi investor di pasar modal justru merespons negatif yang tecermin dari pergerakan harga saham BBRI yang justru terkoreksi sejak pengumuman rencana rights issue ini disampaikan oleh manajemen BBRI pada 14 Juni 2021. Hingga pukul 10.00 WIB, koreksi saham BBRI pun masih berlangsung, yakni terkoreksi sebesar 2,84% ke level Rp4.110. Aca
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News