Media Asuransi, JAKARTA – Fitch Ratings telah menempatkan peringkat jangka panjang mata uang asing dan lokal issuer default ratings (IDR) dan peringkat mata uang asing senior tanpa jaminan ‘BBB’ dari PT Indosat Tbk (Indosat) di rating watch negative setelah pengumuman merger perusahaan dengan operator seluler PT Hutchinson 3 Indonesia (Hutch).
Melalui keterangan resminya, Fitch Ratings Indonesia secara bersamaan menempatkan peringkat nasional jangka panjang dan seluruh obligasi senior tanpa jaminan dan sukuk mata uang rupiah di rating watch negative.
Penempatan rating watch merefleksikan pandangan Fitch bahwa transaksi tersebut akan menyebabkan penghapusan pengangkatan tiga notch dari profil kredit standalone (SCP) Indosat di ‘bb’ karena hubungan legal dan strategis dengan induk yang berbasis di Qatar – Ooredoo QPSC (A-/Stabil) berkurang.
“Kami kemungkinan akan menilai Indosat secara standalone, sesuai dengan kriteria peringkat hubungan induk dan anak perusahaan (PSL) Fitch, yang disebabkan oleh tidak adanya dukungan yang tersirat dari induk setelah selesainya merger.”
Indosat akan menjadi perusahaan yang bertahan setelah merger dan akan bernama PT Indosat Ooredoo Hutchinson Tbk (MergeCo). Perusahan tidak akan menjadi anak perusahaan Ooredoo lagi, yang kepemilikan efektifnya akan menipis ke 33%, dari 65% saat ini. Merger ini, yang diumumkan pada tanggal 16 September 2021, juga akan mengakibatkan CK Hutchinson Holdings Limited (CKHH, A-/Stabil) memiliki 33% saham tidak langsung di entitas gabungan.
“Kami berpendapat bahwa SCP MergeCo kemungkinan akan lebih kuat satu sampai dua notch dari Indosat. Namun, penghapusan dukungan keuangan yang tersirat dari Ooredoo –karena Indosat akan berhenti dikendalikan oleh Ooredoo dan utangnya tidak lagi diuntungkan oleh klausul cross-default dalam dokumentasi utang Ooredoo– kemungkinan akan menyebabkan penurunan satu sampai dua notch peringkat internasional dan nasional Indosat.”
Lebih lanjut, Fitch menyatakan bahwa rating akhir akan bergantung pada penilaian lebih lanjut atas transaksi, kebijakan keuangan pascamerger dan efek dari syarat tambahan yang diberikan oleh persetujuan regulasi, termasuk batasan pada transfer spektrum.
Fitch memperkirakan untuk menyelesaikan rating watch sekitar akhir 2021 setelah penutupan transaksi, yang bergantung pada persetujuan pemegang saham dan regulasi.
|Baca juga: Indosat dan Tri Merger, Jadi Operator Telko Terbesar Kedua Indonesia
Penilaian MergeCo secara Standalone: Oordeoo dan CKHH akan masing-masing memiliki 50% dari Ooredoo Hutchison Asia, sebuah perusahaan holding yang memiliki 65,6% dari MergeCo. Pemegang saham minoritas dari MergeCo adalah Pemerintah Indonesia (9,6%), PT Tiga Telekomunikasi Indonesia (10,8%) dan pemegang saham publik (14,0%).
Indosat akan terdekonsolidasi dari laporan keuangan Ooredoo ketika transaksi selesai, dan klausul cross-default dalam dokumen obligasi dan utang Ooredoo yang mencakup anak perusahaan yang signifikan tidak akan berlaku lagi untuk Indosat.
“Kami percaya transaksi ini akan menambah skala dan memperkenalkan sinergi jangka panjang untuk MergeCo, khususnya untuk peluncuran 5G. Perusahaan mengharapkan untuk memperoleh US$300 juta-US$400 juta sinergi tahunan sebelum pajak dalam tiga sampai lima tahun ke depan.”
Menurut Fitch, transaksi ini akan memperkuat posisi entitas gabungan sebagai operator seluler kedua terbesar di Indonesia, meningkatkan pangsa pendapatan ke 25% dari pangsa pendapatan Indosat sebesar 15% di semester I/2021. Nilai pro forma pendapatan dan EBITDA yang dilaporkan untuk kuartal I/2021 akan naik sebesar 45% dan 34%, masing-masing.
Namun, Fitch memperkirakan perusahaan telekomunikasi petahana PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom, BBB/Stabil) akan mempertahankan kepemimpinan pasar dan jaringannya, dengan lebih dari 50% pangsa pendapatan dari sektor selular melalui anak perusahaan selularnya, PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel).
|Baca juga: Indosat (ISAT) Raup Dana Segar Rp10,47 Triliun dari Penjualan 4.247 Menara
Fitch percaya bahwa konsolidasi industri akan menopang stabilitas harga dan pertumbuhan yang menguntungkan dalam jangka panjang. Ada tanda-tanda meredanya persaingan seluler di kuartal II/2021, meskipun lingkungan bisnis yang menantang dapat mendorong strategi penetapan harga taktis di antara perusahaan telekomunikasi untuk mempertahankan pangsa pasar. Sinergi pendapatan yang lebih besar dari merger Indosat-Hutch juga akan bergantung pada eksekusi yang kuat untuk mengintegrasikan operasi seluler dan jaringan mereka dengan cepat.
Fitch memperkirakan pro forma net debt/EBITDA MergeCo akan membaik ke sekitar 2,1x-2,2x di 2022-2023 (2020:2,5x). MergeCo mempunyai utang gabungan sebesar Rp23 triliun per akhir Maret 2021, termasuk Rp7 triliun pembayaran ditangguhkan dalam bentuk hutang pengadaan jangka panjang, yang dianggap sebagai utang.
Saldo uang tunai senilai Rp5 triliun pada akhir Maret tidak termasuk pendapatan yang diperoleh Indosat dari penjualan menara di kuartal II/2021. Manajemen berencana untuk membagikan hasil dari penjualan menara sebagai dividen interim sebelum merger selesai.
Sementara itu, transaksi merger ini masih memerlukan persetujuan regulasi dan pemegang saham. Omnibus Law Indonesia memperbolehkan pemakaian bersama spektrum dan transfer antarperusahaan telekomunikasi dengan persetujuan sebelumnya dari pemerintah pusat. “Namun, masih belum dapat dipastikan apakah MergeCo dapat mempertahankan semua kepemilikan spektrum gabungan, yang menurut Fitch merupakan elemen penting untuk merger.” (Edi)
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News