Media Asuransi, JAKARTA – Pasar kripto tengah berada dalam fase tekanan signifikan, dengan harga Bitcoin yang sempat menurun hingga menyentuh level US$89.700 pada perdagangan Rabu, 19 November 2025. Kondisi ini turut mendorong Indeks Fear & Greed bergerak kembali ke level 11, mencerminkan sentimen extreme fear yang terakhir terjadi pada Februari 2025.
Bitcoin saat ini diperdagangkan di kisaran US$92.000, setelah koreksi hampir 30 persen dari rekor tertingginya di atas US$126.000 pada awal Oktober. Tekanan ini terjadi di tengah kombinasi faktor ekonomi makro global yang memicu sikap hati-hati investor terhadap aset berisiko.
Analis Reku, Fahmi Almuttaqin, menjelaskan bahwa salah satu sentimen utama yang memengaruhi pasar adalah perubahan ekspektasi terhadap kebijakan moneter Amerika Serikat. Reku (sebelumnya Rekeningku.com) merupakan platform investasi 800+ aset global yang terdiri dari aset kripto, aaham AS, serta layanan derivatif kripto yaitu Futures dengan lebih dari 1 juta pengguna terdaftar.
|Baca juga: Indonesia Jadi Pasar Kripto Terbesar Kedua di APAC, Adopsi Melonjak 103%
“Dalam sepekan terakhir, probabilitas penurunan suku bunga The Fed pada Desember turun dari 62 persen menjadi sekitar 42 persen. Pergeseran ekspektasi ini memicu kondisi risk-off di pasar global, mendorong penguatan dolar AS dan kenaikan yield Treasury. Dampaknya, investor cenderung mengurangi eksposur pada aset berisiko tinggi seperti kripto,” jelas Fahmi dalam keterangan tertulis Reku yang dikutip Kamis, 20 November 2025.
Selain faktor suku bunga, menurut Fahmi, keterlambatan rilis sejumlah data ekonomi penting karena situasi government shutdown di AS turut menambah ketidakpastian. “Ketika data inflasi dan indikator makro lainnya tertunda, investor kehilangan acuan yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan secara objektif. Hal ini membuat pasar bergerak lebih hati-hati dan volatilitas meningkat dalam jangka pendek,” tambahnya.
Indeks Fear & Greed mengukur sentimen investor melalui volatilitas, volume, tren pencarian, hingga dominasi Bitcoin, hari ini berada di level 11. Meskipun mencerminkan tekanan psikologis investor, Fahmi menjelaskan bahwa pergerakan indeks ke level ekstrem umumnya juga berkaitan dengan fase konsolidasi pasar.
|Baca juga: AS dan Inggris Pimpin Penetrasi Pasar Kripto Tercepat pada 2025
“Level extreme fear sering kali menandakan terjadinya capitulation, fase ketika investor ritel melakukan aksi jual yang dipicu ketakutan berlebihan. Secara historis, kondisi seperti ini tidak jarang menjadi area accumulation, yakni penumpukan aset saat harga rendah, bagi investor institusional, meskipun arah pergerakan jangka pendek tentu tetap perlu dicermati dengan hati-hati,” ungkap Fahmi.
Sejumlah data historis menunjukkan bahwa periode indeks Fear & Greed di level 10-15 kerap diikuti oleh peluang rebound dalam rentang waktu 1-8 minggu. Terakhir kali, pada Februari 2025 situasi serupa diikuti rebound sekitar 13,2 persen dalam rentang waktu 1 minggu setelahnya.
Meskipun demikian, Fahmi menegaskan bahwa tidak semua fase extreme fear akan langsung berujung pada pembalikan harga dalam waktu dekat. Investor tetap dianjurkan untuk mempertimbangkan strategi manajemen risiko yang sesuai profil masing-masing.
Walaupun ketidakpastian makro global masih cukup tinggi, dan sentimen pasar masih berada di zona kehati-hatian, hal ini bisa menjadi momentum bagi sebagian investor untuk melakukan pembelian terukur di level yang lebih rendah. Tentunya dengan risiko yang perlu diperhitungkan dengan baik.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
