Media Asuransi – Hari pertama perdagangan saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) langsung menyentuh batas atas harga atau auto rejection. Saham BUKA langsung mengalami kenaikan 210 poin atau 24,71% ke harga Rp1.060 per saham dari harga pembukaan Rp850 per saham.
Hingga pukul 09:02 WIB, volume perdagangan saham BUKA mencapai 2,31 juta lembar saham, dengan frekuensi transaksi 1.248 kali dan nilai transaksi mencapai Rp313,410 miliar.
Sebelumnya, BUKA telah menyelesaikan proses penawaran awal (bookbuilding) dan roadshow dari tanggal 9-19 Juli 2021 serta penawaran umum dari tanggal 27-30 Juli 2021. Sebagai hasil dari antusiasme yang besar dari para investor umum, tercatat jumlah pemesanan yang tinggi (melalui metode pooling allotment), mencapai sekitar Rp4,8 triliun.
Baca juga: Induk Usaha Kredivo IPO di AS
Bukalapak telah menambah porsi pooling allotment bagi investor retail dari semula 2,5% ke 5% dari total pemesanan yang tersedia. Oleh karena itu, nilai dari saham yang dialokasikan untuk porsi pooling allotment bagi investor retail naik dari yang sebelumnya Rp547,5 miliar menjadi sekitar Rp1,1 triliun.
“Kami sangat bersyukur bahwa proses initial public offering (IPO) dapat berjalan dengan baik sesuai rencana. Hari ini, di bulan yang sangat baik bagi bangsa Indonesia, Bukalapak secara resmi tercatat di BEI. Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan luar biasa bagi Bukalapak ini,” ujar, Direktur Utama PT Bukalapak.com Tbk, Rachmat Kaimuddin, dalam pencatatan saham perdana saham BUKA, Jumat, 6 Agustus 20201.
Plt Direktur Utama Mandiri Sekuritas, Silva Halim yang bertindak sebagai Penjamin Pelaksana Emisi Efek (Joint Lead Managing Underwriters) dalam IPO Bukalapak mengatakan bahwa Bukalapak berhasil melalui proses IPO ini dan diterima dengan amat baik oleh para investor domestik dan internasional.
Baca juga: Penggunaan Rupiah Kunci Jaga Momentum Perbaikan Ekonomi
Tercatat bahwa penawaran saham Bukalapak (melalui metode pooling) mengalami kelebihan permintaan sekitar 8,7 kali lipat, dengan pemesanan dari hampir 100.000 investor.
Head of Global Banking for Southeast Asia and India UBS, Nicolo Magni, mengatakan sangat bangga dapat mendukung BUKA dalam IPO yang amat bersejarah ini. IPO Bukalapak sebesar US$1,5 miliar adalah yang terbesar sepanjang sejarah pasar modal Indonesia, sekaligus pencatatan perdana saham pertama oleh unicorn teknologi di bursa efek di Asia Tenggara.
Dukungan yang sangat besar dari blue-chip global dan investor regional dan domestik adalah bukti dari peran Bukalapak dalam mengantarkan usaha mikro, kecil, dan sedang ke era digital baru untuk dapat membantu merealisasikan potensi ekonomi negara.
IPO ini juga menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan teknologi Asia Tenggara dapat mencapai valuasi premium untuk bertumbuh dengan permintaan yang signifikan serta menciptakan platform bagi perusahaan-perusahaan lain agar dapat memiliki penawaran yang besar dan sukses untuk dicatatkan di BEI atau bursa efek regional lainnya.
Sementara itu, Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi, mengatakan juga sangat bangga menyambut BUKA ke dalam daftar ternama perusahaan publik di BEI. Momen ini merupakan sebuah tonggak sejarah dan era baru bagi BEI, yakni untuk pertama kalinya sebuah perusahaan startup teknologi unicorn secara resmi mencatatkan sahamnya di BEI.
Selain itu, dengan jumlah dana yang berhasil dikumpulkan sebesar Rp21,9 triliun, menjadikan IPO Bukalapak sebagai yang terbesar dalam sejarah bursa saham di Indonesia.”
”Kami berharap langkah Bukalapak ini akan diikuti oleh perusahaan-perusahaan teknologi lain guna semakin meningkatkan kapitalisasi pasar modal Indonesia,” ujar Inarno.
BUKA menunjuk UBS AG Singapore Branch dan Merrill Lynch (Singapore) Pte Ltd sebagai Koordinator Global Gabungan dan Agen Penjual Internasional (Joint Global Coordinators and International Selling Agents) untuk memasarkan IPO pada investor internasional.
Sementara itu, PT Mandiri Sekuritas dan PT Buana Capital Sekuritas ditunjuk sebagai Penjamin Pelaksana Emisi Efek (Joint Lead Managing Underwriters).
Adapun Penjamin Emisi Efek adalah PT UBS Sekuritas Indonesia, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, PT Bahana Sekuritas, PT BCA Sekuritas, PT BNI Sekuritas, PT BRI Danareksa Sekuritas, PT Ciptadana Sekuritas Asia, PT Investindo Nusantara Sekuritas, PT Lotus Andalan Sekuritas, PT Panin Sekuritas Tbk, PT Philip Sekuritas Indonesia, PT Samuel Sekuritas Indonesia, PT Sinarmas Sekuritas, PT Sucor Sekuritas, PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk, PT Valbury Sekuritas Indonesia, PT Victoria Sekuritas Indonesia, PT Wanteg Sekuritas, dan PT Yuanta Sekuritas Indonesia. Aha
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News