Media Asuransi – Kombinasi antara kemampuan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dalam menggenjot kredit dan inovasi aplikasi Livin dinilai memiliki potensi besar dalam peningkatan kinerja BMRI pada masa yang akan datang.
Melalui riset Company Update yang dikutip Media Asuransi, Rabu 4 Agustus 2021, analis PT Henan Putihrai Sekuritas, Robertus Yanuar Hardy menyatakan bahwa pihaknya mempertahankan BMRI dengan peringkat BUY pada TP 7.350, menyiratkan 1,7/1,6x dan 3,0/4,5% dari PBV dan imbal hasil dividen 21F/22F-nya, masing-masing.
“Selain kemampuannya untuk meningkatkan kredit sebesar 16% yoy (year on year) di tengah restrukturisasi yang sedang berlangsung, kami berpandangan bahwa pertumbuhan pendapatan yang kuat dari aplikasi seluler Livin memiliki potensi untuk meningkatkan efisiensi operasional lebih lanjut.”
|Baca juga: BEDAH SAHAM: Mudik Dilarang, Berkah untuk Mitra Adiperkasa (MAPI)
Menurutnya, hal ini diharapkan dapat meningkatkan margin PPOP, yang pada semester I/2021 telah tumbuh menjadi 60,3% dari Pendapatan Bunga & Syariah, dari hanya 53,5% yang tercatat di semester I/2020.
Sepanjang semester I/2021, Robertus menjelaskan laba bersih BMRI naik 21,5% yoy menjadi Rp12,5 triliun, mencerminkan 49% run-rate dari estimasi 2021 Henan Putihrai, relatif selaras.
Meskipun Pendapatan Bunga hanya tumbuh 6,4% yoy menjadi Rp48,1 triliun, sambungnya, Pendapatan Bunga Bersih semester I/2021 BMRI berhasil tumbuh 21,5% yoy menjadi Rp35,16 triliun menyusul penurunan Beban Bunga 20,3% yoy karena Cost of Fund yang jauh lebih rendah hanya 1,8% di kuartal II/2021 vs. 2,19%/2,91% yang tercatat di FY20/1H20. Net Interest Margin (NIM) naik menjadi 5,05% dari 4,65/4,93% di FY20/1H20.
|Baca juga: BEDAH SAHAM: Akankah Kinerja AALI Terangkat Bullish Harga CPO
Sementara itu, Pendapatan Non Bunga berhasil tumbuh 17,3% yoy menjadi Rp15,9 triliun, mewakili 31% dari Pendapatan Bersih Perseroan. “Pendapatan dari aplikasi seluler Livin melonjak 44% yoy menjadi Rp624 miliar.”
Laba Operasional Pra-Provisi (PPOP) naik 20% yoy menjadi Rp29 triliun. Beban Provisi tumbuh 7% yoy menjadi Rp11 triliun. Kredit berhasil tumbuh 16% yoy menjadi Rp1.014 triliun, Total Aset naik 16% yoy menjadi Rp1.580 triliun.
Robertus memaparkan, Sektor Telco dan Infrastruktur mendominasi pertumbuhan yoy pada Kredit Korporasi BMRI. Dana Pihak Ketiga naik 19,7yoy menjadi Rp1.169 triliun. Rasio CASA konsolidasi naik menjadi 68,49% dari hanya 66,50%/61,89% di FY20/1H20. “Peningkatan likuiditas secara yoy ditunjukkan oleh LDR yang lebih rendah sebesar 85,89% dari 88,5% yang tercatat di 1H20, namun sedikit lebih ketat secara Ytd dibandingkan dengan 84,3% yang tercatat di FY20. Rasio NPL sedikit turun menjadi 3,08% dari 3,09/3,28% di FY20/1H20.”
Sementara itu, risiko-risiko investasi yang patut diwaspadai bila berinvestasi pada BMRI antara lain: pertama, Pendapatan Bunga Bersih yang lebih rendah dari perkiraan sebesar Rp70,91 triliun/Rp74,33 triliun di 21F/22F. Kedua, Laba Bersih yang lebih rendah dari perkiraan Rp25,65 triliun/Rp27,57 triliun di 21F/22F. Aca
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News