Media Asuransi, JAKARTA – PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) dinilai dapat mencapai target penjualan pada 2021 sebesar Rp4,5 triliun seiring dengan prospek peningkatan permintaan furnitur dan komponen bangunan dari AS.
Melalui riset bertajuk Integra Indocabinet (WOOD IJ) – Expecting to beat FY21 earnings target, analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rizkia Darmawan, menjelaskan bahwa pada 9M21, laba bersih WOOD tercatat sebesar Rp353,4 miliar (+93,3% yoy), didukung oleh peningkatan kuat lainnya dari pertumbuhan pendapatannya sebesar 89,6% yoy (Rp3,52 triliun vs. Rp1,86 triliun pada 9M20).
“Marjin bersih 9M21 tetap stabil di 10,0% vs 9,8% di 9M20 meskipun kenaikan beban penjualan, yang didorong oleh kenaikan biaya kurir & ekspor dengan syarat pengiriman CIF. Secara keseluruhan, laba bersih 9M21 WOOD sudah mencapai 81,6% dari perkiraan FY21 konsensus,” jelasnya.
Rizkia berharap kinerja WOOD dapat mengalahkan target FY21 di Rp4,5 triliun (+50% yoy), secara kumulatif per 10M21, order penjualan WOOD sudah mencapai Rp4,9 triliun.
“Ini telah membawa total pendapatan perusahaan menjadi Rp4,1 triliun (+90,1% yoy, +16,4% dibandingkan dengan 9M21). Dengan pencapaian saat ini, kami yakin perusahaan akan mampu mengalahkan target pendapatan setahun penuh saat ini di Rp4,5 triliun (+50% yoy), terutama jika tidak ada masalah pengiriman.
|Baca juga: Tahun 2021 Integra Indocabinet (WOOD) Terbitkan Obligasi & Sukuk Rp1 Triliun
Rizkia juga memperkirakan permintaan furnitur dan komponen bangunan terpendam lainnya dari AS pada bulan-bulan tersisa tahun 2021. Biro Sensus AS juga melaporkan bahwa toko ritel furnitur & furnitur rumah memiliki salah satu peningkatan yoy tertinggi dalam hal penjualan bulanan mereka di 32% yoy pada 9M21.
Perlu dicatat bahwa pada 9M21, pelanggan utama WOOD di AS adalah beberapa grosir/pengecer terbesar di negara ini, yaitu, Hampton Lumber, Target Store, dan Costco Wholesale.
“Saat ini, WOOD diperdagangkan dengan P/E forward FY22 konsensus sebesar 10,5x (-0,2 SD dari P/E rata-rata 3 tahun). Kami percaya, mengingat lonjakan permintaan secara historis di 2H21 untuk furnitur dan komponen bangunan dari AS, khususnya pada musim liburan akhir tahun, WOOD akan dapat membukukan pendapatan kuat lainnya di FY21.”
Adapun risiko investasi pada saham WOOD meliputi 1) risiko regulasi, 2) risiko force majeure terkait fasilitas produksi; dan 3) biaya pengiriman global yang tinggi secara terus-menerus.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News