1
1

BEDAH SAHAM: Mencermati Faktor Pendorong Pertumbuhan Telkom (TLKM)

Menara Telkom. | Foto: Media Asuransi/Lucky Kennedy
Media Asuransi, JAKARTA – Mirae Sekuritas menilai konvergensi seluler dan fixed broadband (fixed mobile convergence/FMC) menjadi faktor pendorong pertumbuhan PT Telkom Indonesia (Perseo) Tbk (TLKM) ke depan.

Melalui Daily Write Up bertajuk Telkom Indonesia (TLKM IJ) – Fixed-mobile convergence as potential revenue growth driver, analis Mirae Sekuritas Robertus Hardy memaparkan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) adalah induk dari lebih dari 37 anak perusahaan yang bergerak di bidang jasa telekomunikasi.

Data seluler & internet (seluler) dan IndiHome (fixed broadband) masing-masing memberikan kontribusi sebesar 46,7% dan 19,2% terhadap pendapatan 9M22. Disusul voice call (telepon seluler & fixed line, 9,5%) dan interkoneksi (5,6%). Menara seluler, jaringan serat optik, dan pusat data adalah beberapa aset bernilai terbesarnya.

|Baca juga: PT Telkom Data Ekosistem Resmikan Groundbreaking HDC di Batam

Robertus menjelaskan TLKM bertujuan untuk membuka beberapa nilai tersembunyinya dengan memulai strategi ‘5 langkah berani’, yang berfokus pada: 1) konvergensi seluler dan fixed broadband, 2) infrastruktur, 3) pusat data, 4) layanan TI digital B2B, dan 5 ) bisnis digital.

“Di antara kelima masterplan tersebut, kami berpendapat bahwa fixed mobile convergence (FMC) merupakan pendorong pertumbuhan pendapatan yang paling potensial mengingat pasar fixed broadband Indonesia masih kurang ditembus dibandingkan dengan pasar mobile internet yang sudah jenuh,” jelasnya.

Dalam mengejar FMC, jelas Robertus, TLKM sedang bernegosiasi untuk menggabungkan departemen fixed broadband-nya di bawah merek ‘IndiHome’ dengan PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), yang saat ini berbagi 35% kepemilikan dengan Singtel.

“Dengan asumsi tidak ada lagi suntikan modal dari Singtel dalam kemungkinan penggabungan aset IndiHome di bawah Telkomsel, kami perkirakan potensi dilusi kepemilikan Singtel di Telkomsel menjadi kurang dari 35%,” katanya.

Menurutnya, Telkomsel saat ini merupakan penyedia layanan seluler terbesar di Tanah Air dengan lebih dari 159 juta pengguna. Ini setara dengan lebih dari 58% populasi.

|Baca juga: Fitch Afirmasi Peringkat Telkom BBB Outlook Stabil

Sementara itu, pengguna IndiHome masih tumbuh sebesar 6,8% yoy menjadi 9,04 juta pada 9M22 di tengah pembangunan infrastruktur serat optik yang masih kurang. Pendapatan rata-rata per pengguna (ARPU) dari layanan seluler TLKM pada 3Q22 adalah Rp45.000 vs. fixed broadband Rp269.000.

“Oleh karena itu, kemungkinan churn pengguna dari mobile internet ke fixed broadband diperkirakan akan semakin meningkatkan ARPU konsolidasinya,” tambahnya.

Mengingat pengguna fixed-broadband Indonesia hanya 2,3 per 100 penduduk, jauh di bawah Malaysia (8,5), Korea Selatan (41,6), AS (33,9) dan China (26,9), Robertus berpendapat bahwa strategi FMC dapat menjadi pendorong pertumbuhan pendapatan yang signifikan di masa depan.

Oleh karena itu, dia menginisiasi TLKM dengan rekomendasi Trading Buy dengan TP Rp4.500 (potensi return 13,6% dari Rp3.960 saat ini), menyiratkan 5,9/5,4x dan 15,7/15,2x dari rasio EV/EBITDA 22F/23F dan P/E-nya masing-masing dari laba bersih intinya.

“Risiko potensial termasuk eksekusi FMC yang lebih lambat dari yang diharapkan dan kemungkinan ARPU yang lebih rendah serta berkurangnya jumlah pengguna karena persaingan dengan provider lain di industri data seluler & internet,” jelasnya.

Editor: S. Edi Santosa

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Cara Merawat Gigi dan Mulut yang Tepat, Simak di Sini!
Next Post Siklus Pengetatan Fed Berakhir, Prospek Cerah untuk Indonesia

Member Login

or