Media Asuransi – PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) dinilai memiliki prospek bisnis cerah ke depannya seiring dengan sektor pertambangan dan smelter yang akan terus bertumbuh serta prospek bisnis lahan industri yang juga dijalankan oleh AKRA.
Melalui Henan Putihrai Sekuritas Company Update yang dikutip Media Asuransi, Selasa, 13 Juli 2021, Analis Henan Putihrai Sekuritas, Robertus Yanuar Hardy, mengungkapkan bahwa pihaknya baru saja mengadakan conference call dengan manajemen AKRA dan berdiskusi mengenai rencana pengembangan bisnis distribusi BBM & Kimia, serta nilai yang terpendam pada bisnis lahan industrinya.
Sampai dengan kuartal I/2021, JIIPE (Java Integrated Industrial Ports and Estate) telah berkontribusi 26% dan 41% terhadap total aset dan laba sebelum pajak perseroan (sebelum eliminasi), masing-masing. “Ke depan, kami memperkirakan volume distribusi BBM & kimia perseroan, khususnya ke sektor pertambangan dan smelter akan terus bertumbuh, mengikuti pemulihan harga komoditas. Sedangkan untuk bisnis lahan industri, keberhasilan JIIPE mendapatkan status Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) diproyeksikan dapat mendongkrak penjualan lahan di masa depan,” katanya.
|Baca juga: Erdikha Sekuritas: IHSG Uji Level 6.100
Oleh karena itu, Henan Putihrai menginisiasi AKRA dengan peringkat BUY pada TP 3.830, yang mengimplikasikan 14,1/11,8x dan 8,9/8,0x dari rasio P/E dan EV/EBITDA 21F/22F-nya, masing-masing. “TP kami juga mengimplikasikan 3,5/3,9% dari potensi imbal hasil dividen 21F/22F dengan asumsi 55% payout ratio.”
Metode valuasi yang dilakukan adalah kombinasi P/E multiple untuk bisnis BBM & kimia dan diskon terhadap NAV untuk bisnis lahan industri. Robertus memperkirakan laba bersih dari bisnis BBM & kimia dapat mencapai Rp630 miliar/Rp757 miliar atau Rp160/Rp192 per saham pada 21F/22F, sehingga dengan target 15/14x P/E, valuasi bisnis ini dapat mencapai Rp2.399/Rp2.692 per saham.
Adapun untuk bisnis lahan industri, total persediaan lahan yang diperkirakan dapat mencapai Rp5,13 triliun/Rp5,52 triliun pada 21F/22F berpotensi menghasilkan nilai jual hingga Rp11,29 triliun/Rp12.14 triliun atau setara Rp1.430/Rp1.537 per saham apabila dikenakan 50% diskon terhadap NAV. “Oleh karena itu, penggabungan dari kedua segmen bisnis perseroan tersebut berpotensi menghasilkan valuasi Rp3.830/Rp4.230 per saham untuk tahun 21F/22F.”
Dalam pertemuan tersebut, ungkap Robertus, penjualan lahan industri JIIPE (Java Integrated Industrial Ports and Estate) yang sudah mencapai 14,1 ha pada kuartal I/2021 telah berkontribusi hingga 41% terhadap laba sebelum pajak konsolidasian perseroan. Adapun tahun ini AKRA menargetkan untuk menjual hingga 30 hektare lahan industri.
|Baca juga: MNC Sekuritas: 4 Saham Menu Trading 13 Juli 2021
Ke depan, AKRA menargetkan untuk dapat menjual hingga 45 ha lahan industri setiap tahunnya, menyusul telah diresmikannya JIIPE sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Industri Manufaktur dan Teknologi per tanggal 28 Juni 2021. KEK JIIPE yang dikhususkan untuk industri manufaktur dan teknologi ini sejalan dengan arah kebijakan pemerintah yang sedang menuju ke Revolusi Industri 4.0. Perseroan mengklaim telah mendekati beberapa perusahaan multinasional dari sektor stainless steel dan kimia yang berpotensi menyerap 150 ha-300 ha lahan industri JIIPE.
Harga jual lahan yang saat ini mencapai US$150-US$180/m2 diharapkan dapat naik menyusul kenaikan statusnya sebagai KEK yang menjanjikan berbagai insentif pajak bagi perusahaan yang bermukim di dalamnya. Bukan hanya penjualan lahan, KEK JIIPE berpotensi mendatangkan pendapatan berulang bagi perseroan berupa penjualan listrik, air, dan jasa pelabuhan. Perseroan telah mengamankan ijin untuk membangun pembangkit listrik berkapasitas 515MW. AKRA berkomitmen untuk menyediakan sumber energi bersih bagi pembangkit listrik ini, yang direncanakan berasal dari LNG, CNG, solar panel, serta floating panel dan hydro.
Freeport sebagai salah satu calon tenant utama di KEK JIIPE baru saja mengonfirmasi untuk menyewa lahan dengan opsi untuk membeli. Kontraktor pembangunan smelter yaitu Chiyoda dan Petrosea juga dilaporkan telah menerima penunjukan untuk mengerjakan proyek tersebut. Sektor pertambangan dan smelter masih akan menjadi konsumen utama bagi bisnis BBM & kimia perseroan, yang saat ini memiliki 14% pangsa pasar distribusi diesel industri.
Adapun pada bisnis BBM retail, AKRA menargetkan untuk dapat membangun 350 outlet SPBU BP-AKR dalam 8 tahun-10 tahun mendatang dengan 80% di antaranya direncanakan untuk mengadaptasi sistem franchise. Adapun tahun ini AKRA sudah berada pada jalurnya untuk dapat membangun 21 outlet, yang akan melengkapi 16 outlet yang telah didirikan sejak akhir tahun 2018. Selain telah tersedia di jalan tol Cipularang, SPBU BP-AKR saat ini juga telah tersedia di jalan utama beberapa kota besar seperti Jabodetabek, Bandung, Surabaya, dan Malang. Selain mengambil marjin dari penjualan BBM, penyewaan retail space kepada coffee shop dan mini market juga menjadi sumber pendapatan bagi SPBU BP-AKR.
Sementara itu, risiko-risiko investasi yang patut diwaspadai oleh investor adalah pertama, dividend-payout-ratio yang lebih kecil dari 55% pada 21F/22F. Kedua, EBITDA marjin yang lebih kecil dari 10,2/10,0% pada 21F/22F. Ketiga, net profit margin yang lebih kecil dari 5,2/5,4% pada 21F/22F. Keempat, pertumbuhan laba bersih yang lebih kecil dari 11,2/20,1% yoy pada 21F/22F. Aca
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News