Media Asuransi, JAKARTA – Fitch Ratings telah menaikkan Peringkat Jangka Panjang Issuer Default Rating (IDR) produsen tembaga dan emas yang berbasis di Indonesia PT Freeport Indonesia (PTFI) menjadi ‘BBB’, dari ‘BBB-‘. Outlook-nya Stabil.
Fitch juga menaikkan peringkat instrumen obligasi senior tanpa jaminan dolar AS milik PTFI menjadi ‘BBB’, dari ‘BBB-‘.
“Peningkatan tersebut menyusul tindakan pemeringkatan positif terhadap 48,76% pemegang saham PTFI, Freeport-McMoRan Inc. (FCX) menjadi ‘BBB’/Stabil dari ‘BBB-‘/Positif pada 7 Maret 2024,” tulis Fitch dalam keterangan resmi dikutip, Senin, 18 Maret 2024.
|Baca juga: Jokowi Bertemu Freeport, Bahas Perpanjangan Izin dan Saham 10 Persen Freeport di Indonesia
Fitch kini memberikan kenaikan satu notch pada standalone PTFI profil kredit (SCP) ‘bbb-‘ untuk mencerminkan potensi dukungan dari FCX. Kami yakin FCX mempunyai insentif strategis dan operasional yang tinggi untuk mendukung PTFI jika profil kreditnya lebih kuat dibandingkan PTFI, berdasarkan Kriteria Pemeringkatan Parent and Subsidiary Linkage (PSL) kami.
SCP PTFI terus didukung oleh kualitas aset dengan skala produksi yang besar, posisi berbiaya rendah, umur tambang yang panjang dan leverage yang konservatif. Hal ini diimbangi oleh risiko konsentrasi dari aset pertambangan tunggalnya di Indonesia, yang membuat PTFI terkena risiko peraturan yang berlaku di negara tersebut.
Surat utang tersebut diperingkat sesuai dengan IDR karena merupakan kewajiban PTFI yang tidak bersyarat, tanpa jaminan dan tidak disubordinasikan.
Fitch menjelaskan peningkatan satu tingkat pada SCP PTFI mencerminkan kemungkinan dukungan dari FCX. Fitch meyakini terdapat alasan kuat mengenai pentingnya PTFI bagi pemegang saham, FCX dan PT Mineral Industri Indonesia (Persero) (MIND ID, BBB-/Stabil).
“Namun, kami memperlakukan FCX sebagai induk analisis PSL kami karena kendali operasi yang dimilikinya melalui perwakilan mayoritas di komite operasi PTFI. FCX juga memberikan dukungan nyata berupa fasilitas pinjaman pemegang saham dan penyertaan PTFI sebagai co-borrower dalam fasilitas kreditnya.”
Fitch menilai insentif strategis dan operasional FCX untuk mendukung sangatlah tinggi, meskipun insentif hukumnya rendah. Kami menerapkan overlay analitis untuk sampai pada pendekatan pengangkatan satu tingkat, bukan yang tersirat dalam bentukan “disamakan” berdasarkan penilaian faktor keterkaitan. Hal ini untuk menghindari melebih-lebihkan manfaat hubungan ini, mengingat kehadiran pemegang saham penting lainnya, MIND ID.
|Baca juga: Anggota DPR RI Apresiasi PT Smelting dan PT Freeport Berdayakan SDM Lokal
PTFI merupakan kontributor besar terhadap arus kas FCX. Tambang Grasberg menyumbang 39% dari produksi tembaga FCX pada tahun 2023 dan 28% dari cadangan tembaganya. Ini memberikan keunggulan kompetitif sebagai aset penambangan FCX dengan biaya terendah dan akses ke aset pertambangan Indonesia. PTFI memegang aset emas terbesar milik FCX, menyediakan diversifikasi komoditas. Ada juga tumpang tindih pengelolaan yang signifikan. Fasilitas kredit FCX, dimana PTFI menjadi co-borrower, mempunyai klausul tanggung jawab bersama dan cross-default. Namun, sublimit PTFI kecil dan belum ditarik, sehingga meningkatkan kemudahan refinancing.
PTFI terekspos terhadap risiko regulasi di Indonesia. Kemampuannya untuk terus mengekspor konsentrat tembaga harus mendapat persetujuan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Demikian pula dengan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) yang memberikan hak pertambangan hingga tahun 2031, yang akan diperpanjang hingga tahun 2041 tergantung pada penyelesaian proyek smelter dan pemenuhan kewajiban fiskal.
Menurut Fich, PTFI sedang berdiskusi dengan pemerintah untuk memperpanjang IUPK-nya setelah tahun 2041. PTFI juga harus mematuhi peraturan pemerintah mengenai bea keluar dan persyaratan untuk menahan sementara 30% hasil ekspor di bank-bank di Indonesia.
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News