1
1

Inilah Strategi Alokasi Bekal Pensiun dari MAMI, Agar Uang Bertahan Seumur Hidup

Chief Marketing Officer MAMI, Eveline Haumahu. | Foto: MAMI

Media Asuransi, JAKARTA – Badan Pusat Statistik mengungkapkan bahwa rata-rata harapan hidup orang Indonesia mencapai sekitar 74 tahun untuk perempuan dan 70 tahun untuk laki-laki. Faktanya, di sekeliling kita banyak para senior yang mampu bertahan jauh lebih lama dari itu, berkat kesadaran hidup sehat dan kemajuan dunia medis. Walaupun usia panjang adalah anugerah, ongkos yang semakin besar jadi tantangan tersendiri.

Chief Marketing Officer PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Eveline Haumahu, mengatakan bahwa mengumpulkan dana pensiun dan mengelolanya agar bertahan seumur hidup, adalah dua cerita yang berbeda. Saat usia tak muda lagi, prioritas strategi bukan lagi soal mengejar return, melainkan keseimbangan antara likuiditas, stabilitas dan pertumbuhan secukupnya.

|Baca juga: Inilah Sinyal Peralihan Sentimen Pasar Saham Menurut MAMI

“Misinya jelas, yakni mengongkosi hidup hingga waktu yang tak dapat ditentukan, sambil tetap mengalahkan inflasi,” kata Eveline dalam keterangan tertulis yang dikutip Rabu, 3 Desember 2025.

 

Nilai Dana Pensiun yang Cukup

Masih dengan misi membangun ketahanan masa pensiun, kita berangkat dari hari pertama dimulainya masa pensiun, yakni berapa bekalnya? Menurut Eveline, perhitungan yang sering digunakan adalah 25 X biaya hidup setahun, atau 300 X biaya hidup sebulan di masa pensiun nanti.

“Maka, jika kita memperkirakan pensiun nanti akan hidup nyaman dengan Rp20 juta, maka setidaknya kita memiliki dana pensiun sebesar Rp6 miliar,” tuturnya.

Selanjutnya Eveline menjelaskan bahwa dengan misi mengedepankan likuiditas sambil masih mempertahankan sedikit potensi pertumbuhan untuk mengompensasi inflasi, kita dapat membagi bekal pensiun menjadi tiga dompet: Dompet Konsumsi, Dompet Moderat, dan Dompet Agresif.

|Baca juga: MAMI: Perbaikan Kondisi Ekonomi Mulai Terjadi Tahun Depan

4% di Dompet Konsumsi

Dompet Konsumsi adalah wadah untuk menyiagakan biaya hidup selama setahun pertama. Di sini, tempatkan empat persen dari bekal pensiun di instrumen yang sangat stabil dan anti fluktuasi, misalnya rekening tabungan atau deposito, untuk dikonsumsi dengan disiplin setiap bulan selama setahun.

 

60-70% di Dompet Moderat

Berikutnya, untuk Dompet Moderat, tempatkan 60-70 persen dari bekal pensiun di alternatif investasi yang relatif rendah fluktuasi dan memberikan potensi imbal hasil sekitar enam persen setahun, misalnya obligasi atau reksa dana pendapatan tetap. “Tujuan alokasi di Dompet Moderat adalah untuk berupaya mengembalikan biaya hidup yang telah Anda konsumsi di tahun pertama,” jelas Eveline.

 

Sisanya di Dompet Agresif

Manfaat Dompet Agresif adalah untuk membayar efek inflasi yang akan kita hadapi, guna mempertahankan gaya hidup yang sama. Isi dompet ini dengan sisa bekal tabungan setelah kita kurangi dengan kedua dompet sebelumnya.

“Kita dapat memilih alternatif-alternatif instrumen investasi yang lebih agresif namun tetap terkendali. Misalnya saham-saham kapitalisasi besar, atau investasi di reksa dana saham,” katanya.

|Baca juga:MAMI Prediksi Imbal Hasil SBN10 Tahun Masih Berpotensi Turun

Setelah setahun berlalu, dua hal yang perlu kita lakukan: Mengisi ulang Dompet Konsumsi, dan melakukan rebalancing, atau menyeimbangkan kembali alokasi Dompet Moderat dan Dompet Agresif kita agar tetap memiliki proporsi seperti semua.

Rebalancing perlu kita lakukan untuk memastikan portofolio investasi bekal pensiun kita tetap memiliki potensi optimal pada tingkat risiko fluktuasi yang terkendali.

 

Disiplin dan Komitmen

Beda dengan mereka yang masih punya banyak waktu untuk belajar dan memperbaiki kesalahan, menurut Eveline, pensiunan harus sangat berhati-hati dalam mengelola aset terakhir yang mereka miliki ini. Disiplin dalam hal pengeluaran, disiplin dalam hal memilih instrumen investasi dan komitmen untuk terus mampu hidup mandiri, menjadi kunci di sini.

“Satu pertanyaan akhir tentang pensiunan: Bolehkah berspekulasi? Tentu boleh, tetapi setelah seluruh aspek wajib di sisi keuangannya terpenuhi. Ketika seorang pensiunan sudah cukup memiliki pelindungan asuransi, cadangan untuk keperluan darurat dan modal yang mendatangkan penghasilan bulanan yang cukup, maka sisa kekayaannya boleh saja dipakainya berspekulasi,” tutur Eveline.

Editor: S. Edi Santosa

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Pembiayaan Berkelanjutan FIFGROUP Capai Rp 1,62 Triliun Per Oktober 2025

Member Login

or