Media Asuransi, JAKARTA,— Aksi korporasi pengambilalihan 80 persen saham PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia (Mandiri Inhealth) oleh PT Asuransi Jiwa IFG atau IFG Life berpeluang memperbesar skala bisnis anggota holding BUMN asuransi, penjaminan, dan penjaminan IFG tersebut.
Pengamat asuransi dan dosen program MM-Fakultas Ekonomika & Bisnis UGM, Kapler Marpaung, menilai bahwa terdapat peluang IFG Life untuk tumbuh lebih besar setelah mengakuisisi Mandiri Inhealth. Selain aset Mandiri Inhealth cukup besar, perusahaan itu memiliki portofolio proteksi kesehatan yang kuat.
“Setelah mengakuisisi Mandiri Inhealth, IFG Life memang tidak langsung menjadi yang terbesar di sektor asuransi jiwa Tanah Air, akan tetapi ke depan bisa terus lebih besar,” ujar Kapler Marpaung dikutip dari keterangan resminya, Kamis, 4 Juli 2024.
Mandiri Inhealth, dengan program layanan managed care yang dimiliki, merupakan salah satu dari pemain kuat di industri asuransi kesehatan. Berdasar data Asosiasi Asuransi Jiwa (AAJI) pada kuartal I/2024, Mandiri Inhealth tercatat sebagai perusahaan asuransi dengan market share di industri asuransi kesehatan kumpulan sebesar 35 persen dan memiliki lebih dari 1,8 juta peserta.
|Baca juga: Usai Akuisisi Mandiri Inhealth, IFG Life Siap Akselerasi Pertumbuhan Berkelanjutan
Mandiri Inhealth per 31 Desember 2023 tercatat memiliki total aset senilai Rp2,82 triliun, tumbuh 5,78 persen (year on year/yoy) dari Rp2,66 triliun pada 2022. Pada periode yang sama, perseroan membukukan pendapatan premi sebesar Rp3,43 triliun, naik 15,84 persen yoy dari Rp2,97 triliun.
Perseroan juga tergolong perusahaan sangat sehat terlihat dari tingkat risk based capital (RBC) Mandiri Inhealth sebesar 733 persen pada 2023, jauh di atas ketentuan minimal OJK yakni 120 persen.
Kapler melihat bahwa akuisisi perusahaan yang sehat dan baik pertumbuhannya, sejatinya bukan hal mudah. Di sana, ada peran Bank Mandiri maupun pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sehingga proses pengambilalihan saham Mandiri Inhealth dapat berjalan baik.
Kapler menilai perusahaan BUMN tidak mesti menjadi yang terbesar di industri asuransi jiwa, tetapi harus terdepan dalam memastikan keamanan dan proteksi kepada para nasabah, demi menjaga kepercayaan masyarakat terhadap industri asuransi.
Dia juga menyatakan bahwa perusahaan asuransi harus kembali kepada prinsip mendasarnya, yakni memberikan proteksi bagi masyarakat. Hal itu sejalan dengan semangat IFG Life dalam mendorong produk asuransi tradisional yang mengutamakan proteksi.
“Perusahaan asuransi jiwa harus benar-benar kembali ke prinsip-prinsip asuransi yang mendasar. Model pemasaran dan strateginya harus betul-betul menjadi lebih profesional. Prudent underwriting tidak boleh ditawar-tawar,” ujar Kapler.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News