Media Asuransi, JAKARTA – Fitch Ratings Indonesia telah mengafirmasi Peringkat Nasional Insurer Financial Strength (IFS) PT KB Insurance Indonesia di ‘AA-(idn)’. Outlook Stabil.
Afirmasi ini mencerminkan profil perusahaan yang ‘Moderat’ dan penyangga modal yang memadai, yang diimbangi oleh ketergantungan pada reasuransi. Afirmasi tersebut juga mencerminkan kinerja keuangan yang stabil dari perusahaan dan portofolio investasi yang konservatif.
“Peringkat Nasional IFS ‘AA’ menunjukkan kapasitas yang sangat kuat untuk memenuhi kewajiban terhadap pemegang polis relatif terhadap semua kewajiban atau emiten lain di negara atau serikat moneter yang sama, di semua industri dan jenis kewajiban,” tulis Fitch dalam keterangan resmi dikutip, Jumat, 5 Juli 2024.
|Baca juga: Fitch Afirmasi Peringkat KB Insurance Indonesia AA- Outlook Stabil
Fitch menilai KB Insurance Indonesia sebagai anak perusahaan yang ‘Penting’ dari induknya, KB Insurance Co., Ltd. yang berbasis di Korea Selatan, berdasarkan dukungan dan sinergi dengan afiliasi domestik, meskipun skala bisnisnya kecil. KB Insurance Indonesia memanfaatkan merek induknya dan mengandalkan keahlian dan sumber daya grup, termasuk manajemen risiko. Perusahaan menerima sekitar 18% dari total premi bruto (GPW) dari grup KB pada tahun 2023.
Fitch menilai profil perusahaan KB Insurance Indonesia sebagai ‘Moderat’, berdasarkan profil bisnis yang ‘Moderat’ dan tata kelola perusahaan yang ‘Netral’ dibandingkan dengan asuransi domestik lainnya. Profil bisnis mencerminkan franchise bisnis yang memadai yang didukung oleh kekuatan merek dan jaringan grup KB, selera risiko yang sebanding dengan sektor ini, dan lini bisnis yang cukup terdiversifikasi. Bisnis utama KB Insurance Indonesia adalah properti (58% dari GPW 2023) dan kendaraan bermotor (22%).
Kapitalisasi KB Insurance Indonesia, diukur dengan rasio kapital berbasis risiko (RBC) regulasi, menurun menjadi 356% pada akhir 2023, dari 451% pada akhir 2022, karena ekspansi bisnis.
Namun demikian, rasio tersebut jauh di atas persyaratan regulasi minimum sebesar 120% dan rata-rata rasio RBC asuransi umum Indonesia sebesar 320%. Namun, jumlah modal absolut lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang diberi peringkat.
|Baca juga: PT KB Insurance Indonesia dan Kiwoom Sekuritas Berkolaborasi Selenggarakan Literasi Keuangan
KB Insurance Indonesia menyerahkan sebagian besar premi kepada perusahaan reasuransi. Hal ini disebabkan oleh skalanya yang kecil dan eksposur terhadap risiko yang berasal dari proporsi tinggi asuransi properti di Indonesia yang rawan bencana. Retensi premi – diukur dengan proporsi premi bersih terhadap GPW – rata-ratanya adalah 27% selama 2021-2023, yang termasuk rendah dibandingkan dengan industri asuransi umum sebesar 59% dan perusahaan-perusahaan yang diberi peringkat.
Retensi meningkat menjadi 31% pada tahun 2023 (2022: 26%) karena bisnis kendaraan bermotor yang lebih besar. “Kami memperkirakan angka tersebut akan meningkat secara bertahap karena perusahaan berfokus pada asuransi kendaraan bermotor.”
Eksposur basis modal terhadap pemulihan reasuransi meningkat menjadi 102% pada akhir 2023, dari 71% pada akhir 2022, karena proporsi aset reasuransi yang lebih besar untuk bisnis properti. “Kami berpendapat bahwa pemulihan reasuransi dapat meningkatkan risiko perusahaan mengingat kualitas kredit yang lemah dari panel reasuransi.”
Pertumbuhan GPW perusahaan berada di 27% pada tahun 2023 (2022: 25%), sedikit di atas industri asuransi umum sebesar 24%, didorong oleh bisnis properti dan kendaraan bermotor. Combined ratio tetap stabil pada 77% pada tahun 2023 (2022: 76%), diuntungkan oleh komisi reasuransi yang tinggi. Rata-rata tiga tahun combined ratio adalah 76% selama 2021-2023. Return on equity adalah 6% pada tahun 2023 (2022: 7%), dan berada di rata-rata 6% selama tiga tahun terakhir, didukung oleh pendapatan investasi yang stabil.
KB Insurance Indonesia mengadopsi strategi investasi yang konservatif, dengan 90% dari total aset yang diinvestasikan dalam bentuk kas dan setara kas serta surat berharga pendapatan tetap. Eksposurnya terhadap aset berisiko dapat dikelola relatif terhadap ekuitasnya. Sebagian besar portofolio pendapatan tetapnya ada di obligasi pemerintah, sisanya ada di berbagai instrumen, termasuk saham dan reksa dana.
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News