1
1

Maskapai Reasuransi Indonesia (Marein) Diganjar Peringkat BB+ oleh Fitch

Customer service PT Maskapai Reasuransi Indonesia sedang melayani nasabah. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Fitch Ratings telah mengafirmasi Peringkat Insurer Financial Strength (IFS) PT Maskapai Reasuransi Indonesia (Marein) di ‘BB+’ (Cukup Lemah). Fitch Ratings Indonesia juga telah mengafirmasi Peringkat Nasional IFS perusahaan di ‘AA-(idn)’. Outlook adalah Stabil.

“Peringkat Nasional IFS ‘AA’ menunjukkan kapasitas yang sangat kuat untuk memenuhi kewajiban terhadap pemegang polis relatif terhadap semua kewajiban atau emiten lain di negara atau serikat moneter yang sama, di semua industri dan jenis kewajiban,” tulis Fitch dalam keterangan resmi dikutip, Senin, 1 April 2024.

Fitch menilai profil perusahaan Marein sebagai ‘Moderate’ karena profil bisnisnya yang ‘Moderate’ dan tata kelola perusahaan yang ‘Neutral’. Profil bisnis ‘Moderate’ didorong oleh pangsa pasar domestik perusahaan yang substantif, yang diseimbangkan dengan skala operasional yang ‘Least Favourable’ dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan reasuransi internasional.

|Baca juga: Fitch Ratings Pertahankan Peringkat Marein AA- (Idn) dan BB+ (Int)

Marein adalah salah satu reasuransi jiwa terbesar di Indonesia, namun, pangsa pasar Marein berdasarkan total premi bruto industri reasuransi (jiwa dan non-jiwa) adalah kecil yaitu 11% pada akhir tahun 2023. Profil bisnis perusahaan juga memperhitungkan selera risiko yang setara dengan sektor reasuransi dan lini bisnis yang cukup terdiversifikasi. Oleh karena itu, Fitch menilai profil bisnis Marein di ‘b+’ berdasarkan credit-factor scoring guideline dari Fitch, selaras dengan peringkat.

Fitch menilai kapitalisasi Marein tergolong ‘Good’. Rasio kapitalisasi berbasis risiko (RBC) adalah 248% pada akhir tahun 2023 (akhir tahun 2022: 279%). Perusahaan berkomitmen untuk menjaga rasio ini di atas 200%. Skor Fitch Prism Model tetap tergolong ‘Somewhat Weak’ berdasarkan laporan keuangan tahun 2023, serupa dengan skor tahun 2022, karena tingginya risiko bencana di Indonesia.

Metrik non-risk adjusted capital, seperti net premiums to capital dan net leverage, memenuhi Fitch kriteria untuk kategori pemeringkatannya. Namun, jumlah kapitalisasi absolut perusahaan kecil dibandingkan dengan beberapa reasuransi besar di APAC dan menghadapkan Marein pada guncangan eksternal.

Rasio gabungan (combined ratio) pada tahun 2023 adalah sebesar 95% (2022: 97%) dengan rata-rata sebesar 97% selama tahun 2021-2023, didukung oleh rasio klaim dan komisi yang lebih rendah. Hasilnya, perusahaan membukukan return on equity (ROE) yang lebih tinggi sebesar 4% pada tahun 2023, dari 3% pada tahun 2022. Marein juga membukukan pertumbuhan premi yang lebih tinggi sebesar 14% pada tahun 2023 (2022: 4%), terutama disebabkan oleh bisnis reasuransi umum.

|Baca juga: Fitch Upgrade Outlook Peringkat Marein Jadi Stabil

Perusahaan mempertahankan segmen bisnis asuransi kredit pada level yang rendah, sebuah segmen yang telah berkontribusi pada pertumbuhan yang cepat dan kinerja underwriting yang lemah untuk beberapa reasuransi Indonesia. Asuransi kreditnya adalah 2% dari total bisnis reasuransi umum, sedangkan asuransi jiwa kredit mencakup sekitar 10% dari total bisnis reasuransi jiwa pada 2023.

Portofolio investasi perusahaan tergolong konservatif dengan setara kas dan surat berharga menyumbang lebih dari 90% aset yang diinvestasikan pada akhir 2023. Eksposur terhadap aset berisiko dapat dikelola relatif terhadap modal. Fitch mengharapkan perusahaan untuk mempertahankan proporsi modal dengan mempertimbangkan pendekatan investasi yang prudent.

Perusahaan banyak menggunakan excess-of-loss treaties untuk memitigasi eksposur bencana alam dan memantau akumulasi risikonya secara teratur. Rasio reinsurance recoverable to capital sebesar 45% pada tahun 2023 (2022: 32%) dan memenuhi pedoman kriteria Fitch untuk perusahaan asuransi dengan peringkat IFS ‘BB’. Perusahaan reasuransi juga bekerja sama secara aktif dengan pialang eksternal secara berkala untuk menilai eksposur bencana alam secara konservatif melalui berbagai alat pemodelan.

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Kendaraan Listrik Membludak, PLN Siagakan 1.124 SPKLU untuk Para Pemudik
Next Post Hadapi Mudik 2024, KA Argo Bromo Anggrek Gunakan Kereta Eksekutif New Generation

Member Login

or