Media Asuransi, JAKARTA – Sejak beberapa waktu lalu mulai marak cerita sukses trading saham di media sosial. Hal ini menggelitik banyak orang untuk ikut membeli saham, sebagian memang sudah paham mengenai saham, namun sebagian lagi sekdar ikut-ikutan belaka.
Jumlah investor pasar modal pun menunjukkan peningkatan, dari sekitar 3,9 juta investor pada akhir tahun lalu menjadi sekitar 6,1 juta investor pada akhir Agustus 2021. Dengan demikian, meningkat sekitar 57,2 persen dalam tujuh bulan pertama tahun ini.
Fenomena ini mendapat perhatian tersendiri dari Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Krizia Maulana. Dia mengingatkan bahwa sekadar ikut-ikutan, dapat menimbulkan masalah bagi para investor ini.
“Latah ikut-ikutan membeli efek saham secara langsung tanpa dibekali pengetahuan yang cukup bisa membuat tingkat stress meningkat dan keuangan berantakan,” katanya dalam keterangan resmi yang dikutip Media Asuransi, Senin, 27 September 2021.
Lebih lanjut Krizia menjelaskan beberapa hal dasar yang mesti dikuasasi para investor ini, agar terhindar dari sekadar ikut-ikutan. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan, profil risiko, pentingnya mengelola risiko, dan sarana investasi di pasar saham.
|Baca juga: IHSG Negatif, Reksa Dana Saham Justru Cetak Return Positif
Mengenal profil risiko
Profil risiko adalah tingkat toleransi seorang individu terhadap risiko yang siap dia tanggung. Umumnya, profil risiko seseorang akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti usia, tingkat pengetahuan tentang investasi, serta jumlah aset dan kewajibannya.
Seorang individu dengan jumlah aset yang besar dan kewajiban yang kecil memiliki kemampuan yang relatif besar untuk mengambil risiko. Sebaliknya, individu dengan aset yang kecil dan kewajiban yang besar akan cenderung kurang memiliki kemampuan dalam menanggung risiko.
Selain itu, kesiapan menanggung risiko kerap dikaitkan dengan usia. Investor di usia muda cenderung siap mengambil risiko tinggi, sementara yang berusia lanjut cenderung menghindari risiko.
“Kemampuan dan kesiapan menanggung risiko tidak selalu sejalan. Oleh karena itu, sebelum melakukan investasi, sebaiknya calon investor mengisi kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan relevan untuk membantu mengetahui profil risikonya,” kata Krizia.
Kelola risiko
Dalam kehidupan sehari-hari kita dihadapkan pada berbagai risiko, misalnya saat berkendara di jalan raya. Begitu pula dalam investasi, ada risiko yang harus dihadapi. Jika setiap risiko dikelola dengan baik, kita dapat menikmati hasil yang bermanfaat bagi kehidupan kita. “Risiko harus dikelola, bukan dihindari,” tuturnya.
Krizia menambahkan, ikut-ikutan investasi secara langsung di saham, apalagi trading saham, tanpa bekal pengetahuan yang mumpuni, dapat diibaratkan seperti ikut tren berkendara dengan mobil sport di jalan raya berbekal kemampuan menyetir yang minimal atau bahkan tanpa bekal kemampuan sama sekali.
Akibatnya, risiko terjadi kecelakaan akan sangat besar. Investasi secara langsung di saham memang memiliki potensi keuntungan yang tinggi, tetapi juga dibarengi oleh risiko yang tinggi. “Kuasai dulu ilmunya agar bisa mengelola risiko dengan baik,” kata Krizia Maulana.
|Baca juga: Kiat Memilih Reksa Dana Saham
Sarana investasi di pasar saham
Untuk meminimalkan risiko investasi di efek saham, silakan manfaatkan reksa dana saham. Dalam sebuah reksa dana saham terdapat koleksi saham dari berbagai perusahaan yang sudah dipilih secara ketat oleh portofolio manajer dengan dukungan tim riset.
Diversifikasi saham dalam sebuah produk reksa dana akan meminimalkan risiko investasi dan membantu meningkatkan potensi imbal hasil investasi. “Sebagai gambaran, imbal hasil reksa dana Manulife Saham Andalan (MSA) tercatat sebesar 26,13 persen year to date (ytd) Agustus 2021, jauh melampaui tolok ukurnya yaitu IDX80 yang mencatatkan kinerja negatif sebesar -8,27 persen,” tuturnya.
Krizia menambahkan, peluang investasi pada pasar modal bisa dimanfaatkan oleh siapa pun. Namun pemilihan kendaraan investasi yang tepat, disesuaikan dengan profil risiko masing-masing, akan membuat hati menjadi lebih tenang.
“Mencocokkan investasi kita dengan tujuan investasi juga penting karena jika tidak, investasi kita bisa jadi terlalu berisiko, atau justru malah jadi terlalu konservatif sehingga kita kehilangan potensi optimal pertumbuhannya. Investasi jangan sekadar ikut-ikutan,” katanya. Edi
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News